PSI Klaim Pemilihnya di Pileg 2019 Bersih Politik Uang

CNN Indonesia
Jumat, 26 Apr 2019 05:30 WIB
PSI menyatakan meski kalah di Pileg, namun tiga juta pemilih mereka memilih berdasarkan gagasan, bukan politik uang.
Juru bicara PSI Dara Adinda Nasution (kanan). (CNN Indonesia/Bintoro Agung Sugiharto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Juru bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dara Adinda Nasution mengklaim dua persen suara atau sekitar tiga juta orang yang memilih partainya pada Pileg 2019 tak terkontaminasi politik uang

Adinda menyebut partainya memang mengakui kekalahan, namun torehan tiga juta suara berdasarkan hasil hitung cepat membuktikan bahwa masih ada masyarakat yang percaya politik gagasan.

"Tiga juta pemilih bukan pemilih karena uang dan kita enggak ada sama sekali politik uang, sembako," ujar dia dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (25/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, menurut Adinda, kiprah PSI selama Pemilu 2019 juga mematahkan sebuah 'mitos' bahwa partai yang ingin lebih dikenal dalam dunia politik harus memiliki sebuah figur.

"Dari awal PSI enggak punya, loh, figur itu. Grace pertama kali muncul sebagai ketum bukan siapa-siapa dari dunia politik," ucapnya.

Partai politik harus meraih suara di atas empat persen untuk lolos ke DPR RI. PSI, dengan hanya dua persen suara berdasarkan hasil quick count, kemungkinan gagal mengirim wakil ke parlemen.

PSI mendeklarasikan kekalahannya tak lama setelah hasil quick count dirilis. Meski tetap menunggu penghitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), namun PSI sudah mengambil kesimpulan partai bakal gagal lolos ke DPR.

"Menurut quick count, PSI mendapat 2 persen. Dengan perolehan itu PSI tidak akan berada di Senayan lima tahun ke depan," kata Ketua Umum PSI Grace Natalie dalam pidato kekalahannya yang diunggah di situs resmi PSI, Rabu (17/4).

Adinda menyatakan deklarasi itu sekaligus sikap percaya terhadap hasil quick count yang disebutnya sebagai metode ilmiah yang diizinkan undang-undang.

Ia juga sempat menyinggung soal sebutan PSI sebagai partai nasib satu koma atau Nasakom. Menurutnya orang yang menyebut hal itu merujuk hasil quick count yang kini tidak percaya hasil quick count.

"Partai nasakom satu koma, gitu kan. Terus kita tanya tahu darimana? Dari quick count, lah. Kan, udah percaya quick count, ngakunya menang. Jadi ada standar ganda nih," tambahnya. (ani/wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER