Jakarta, CNN Indonesia -- "Memang goblok itu semuanya. Itu sudah bikin rugi banyak orang di sini," umpat Rizal (52) berkomentar tentang
kerusuhan 22 Mei yang berujung ricuh pada Rabu (23/5).
Sebagai salah satu pedagang di Blok A Pasar Tanah Abang, Rizal merasa sangat terganggu dengan kerusuhan itu. Sebab, pihak manajemen pasar Tanah Abang sendiri masih menutup Blok A hingga hari ini.
Rizal awalnya yakin Pasar Tanah Abang akan kembali normal dan bergeliat hari ini usai kerusuhan kemarin. Ia pun berangkat pagi hari seperti biasanya, dari rumahnya di wilayah Bekasi Selatan menuju Pasar Tanah Abang. Ia berharap bisa meraup untung di bulan Ramadan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, harapan itu tak terwujud. Ia malah mengeluh. Kerusuhan 22 Mei itu justru membuat pihak manajemen menutup aktivitas jual beli di Blok A seluruhnya.
"Saya kira buka, eh, malah sekarang masih ditutup, ya sudah mending balik tidur aja gue," kata dia.
Bangunan utama di Pasar Tanah Abang seperti di Blok A hingga Blok G dan Metro Tanah Abang masih tertutup total pada Kamis (23/5).
Imbas kerusuhan 22 Mei yang terjadi di sejumlah titik di Jakarta itu ternyata berdampak besar bagi pedagang di Pasar Tanah Abang, tak terkecuali bagi Rizal.
Ayah tiga orang anak itu mengatakan harus menanggung beban kerugian yang tak sedikit dari imbas kerusuhan tersebut. Ia merinci selama dua hari ini tak meraih pemasukan sedikitpun dari penjualan sepatunya.
Rizal menjual berbagai jenis sepatu, mulai sepatu sekolah hingga olahraga di lantai 3 Pasar Blok A Tanah Abang. Harganya bervariasi, paling murah seharga Rp90.000 hingga paling mahal Rp700.000.
"Enggak ada pemasukan sama sekali dua hari ini [usai kericuhan], orang [pasar] ditutup, bahasanya sih
amsyong, rugi berat," kata dia.
Massa melakukan perlawanan dengan melempar molotov dan batu ke arah aparat Brimob, Jakarta, Rabu (22/5). (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Rizal enggan merinci berapa kerugiannya atas kerusuhan itu selama dua hari ini. Ia hanya membandingkan omzetnya bisa mencapai Rp4 juta saat hari-hari biasa.
"Apalagi kalau masuk bulan puasa, mau lebaran itu, omzet lebih tinggi lagi, dua hari ini enggak ada sama sekali, orang ditutup," kata dia.
Lebih lanjut, Rizal berharap tak ada lagi aksi dan kerusuhan pada hari ini dan seterusnya. Ia meminta agar para elite politik di negeri ini berdamai dan bersatu agar kejadian serupa tak terulang lagi.
"Sudah, baikan aja deh mending [elite politik]. Kasihan kita-kita ini masyarakat kecil, masa mau jualan kena imbasnya gini," kata dia.
Tak hanya Rizal, Uncen (43) pun merasakan hal yang sama. Karyawan penjual busana muslim itu mengeluh tak bisa bekerja dua hari ini karena Blok A Pasar Tanah Abang masih ditutup total.
"Gimana ini enggak ada pemasukan, tutup mulu dua hari ini," kata dia.
Para pedangan Pasar Tanah Abang kecewa pada aksi berujung kericuhan 22 Mei 2019. (CNN Indonesia/Ramadhan Rizki Saputra) |
Uncen, yang sudah bekerja selama tiga tahun sebagai pengelola kios busana muslim pria dan wanita di lantai 2 Blok A itu mengaku kehilangan banyak omzet selama dua hari ini.
Ia merinci kios itu biasa meraup omzet hingga Rp3 juta sampai Rp4 juta setiap hari. Terlebih lagi, kata dia, selama Ramadan kini kiosnya tengah mengantongi untung yang paling tinggi dibanding hari-hari biasanya.
"Apalagi hari-hari sekarang ini mau lebaran lagi tinggi-tingginya, tapi kondisinya kaya gini ya enggak ada pemasukan, repot jadinya," kata dia
Uncen pun meminta agar pengelola Pasar Tanah Abang membuka kembali Blok A seperti sedia kala. Ia pun berharap agar kerusuhan aksi massa tak terjadi lagi di hari-hari selanjutnya.
"Ini kan bukan buat saya aja, dampaknya ke penjual lain, pada bingung kan enggak ada pemasukan," keluh dia.
Kerusuhan terjadi di depan Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Rabu (22/5). Bentrok pecah ketika massa aksi yang menolak hasil Pemilu 2019 itu enggan membubarkan diri setelah diperingatkan aparat keamanan.
[Gambas:Video CNN] (rzr/pmg)