Jakarta, CNN Indonesia -- Empat tokoh nasional dan seorang pimpinan lembaga survei disebut polisi menjadi target
pembunuhan. Dari lima orang target itu, pimpinan lembaga survei menjadi target pertama yang harus dibunuh pada
aksi 22 Mei silam.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan rencana pembunuhan itu terbongkar setelah polisi menangkap seseorang berinisial HK.
Dedi menyebut aktor intelektual meminta eksekutor untuk membunuh pemilik lembaga survei terlebih dahulu sebelum membunuh empat tokoh nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Satu dulu yang harus dieksekusi, yang lembaga survei. Kalau berhasil nanti baru dikasih uang dan keluarganya ditanggung," ujar Dedi di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Selasa (28/5).
Dedi mengaku masih mendalami motif di balik pembunuhan terhadap tokoh nasional dan pimpinan lembaga survei tersebut.
Lebih lanjut, Dedi menyatakan uang pembelian senjata yang akan digunakan untuk mengeksekusi empat tokoh nasional dan seorang pimpinan lembaga survei itu merupakan uang dalam pecahan dolar Singapura.
Kata Dedi, uang dalam pecahan dolar Singapura itu berasal dari seorang pendana yang kemudian dikonversi oleh aktor intelektual menjadi rupiah. Ia juga mengaku pihaknya masih menyelidiki pendana di balik rencana pembunuhan tersebut.
"Pendana yang kasih uang Rp150 juta, tapi dalam bentuk dolar Singapura ya. Kalau dirupiahkan Rp150 juta," ujar Dedi.
Berdasarkan keterangan Kepolisian sebelumnya, aktor intelektual yang kini masih diburu itu memberikan uang Rp150 juta kepada tersangka HK selaku pimpinan tim dan koordinator lapangan.
HK ditugaskan untuk mencari senjata api, mencari eksekutor, hingga eksekutor.
Dedi menyampaikan uang sebanyak Rp150 juta hanya untuk membeli senjata. Beberapa senjata yang berhasil dibeli, yakni satu laras panjang dan tiga laras pendek.
Adapun untuk honor, Dedi menyebut akan diberikan jika para eksekutor berhasil menyelesaikan tugasnya.
"Honor untuk melakukan aksinya nanti dikasih lagi," ujar Dedi.
[Gambas:Video CNN] (jps/ugo)