Jakarta, CNN Indonesia -- Irvan (30), bukan nama sebenarnya, masih tak percaya
gerakan dakwah kecil-kecilan yang digagas bersama beberapa rekannya sesama mantan
musisi indie kini semakin meluas dan mempengaruhi banyak orang.
Irvan pernah menjadi bintang salah satu personel band indie di belantika musik Indonesia. Ia menolak jika nama bekas band yang sempat membesarkan namanya tersebut dipamerkan. Irvan beralasan ingin 'move on' dari kehidupannya di masa lalu yang identik dengan hura-hura duniawi.
Pada medio 2011, Irvan memutuskan untuk berhijrah dan meninggalkan dunia musik. Memasuki 2012, Irvan bersama beberapa mantan musisi indie lain, khususnya di wilayah Jabodetabek yang telah hijrah, membentuk majelis taklim The Strangers Al-Ghuroba atau disingkat The Strangers.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlahan sejak itu musisi band indie yang memutuskan jalan untuk hijrah dan fokus mempelajari ilmu agama di komunitasnya terus bertambah. Beberapa di antaranya seperti dua personel band The Upstairs dan vokalis band Rumah Sakit hingga kini masih aktif berkomunitas.
"Waktu dibentuk tahun 2012 jalan begitu saja. Eks musisi indie ingin hijrah berdasarkan hidayahnya masing-masing. Tidak bisa dipaksa-paksa," kata Irvan kepada
CNNIndonesia.com di Masjid Blok M Square, Jakarta Selatan, Maret lalu.
The Strangers didominasi oleh anak-anak muda yang justru kurang paham ilmu agama. Komunitas ini tidak diisi oleh musisi tua yang ingin hijrah karena usia senja. Mereka juga tak ada misi khusus untuk merekrut musisi lain ikut berhijrah.
The Strangers punya agenda utama dakwah mengundang ustaz atau ulama salafi untuk kemudian bisa memberi pencerahan ajaran nilai-nilai Islam yang murni tiap pekannya. Seiring waktu, The Strangers tak hanya diramaikan oleh eks musisi saja, namun dari berbagai kalangan.
Selama menjalani proses hijrah, kata Irvan, kebanyakan eks musisi indie mengubah diri lebih Islami seperti menumbuhkan jenggot panjang, menggunakan celana cingkrang hingga bersepakat bahwa bermusik itu haram.
 Musisi rela melepas kegiatan bermusiknya setelah berhijrah mendalami agama Islam. (REUTERS/Amr Alfiky) |
Banyaknya eks musisi indie yang memutuskan 'murtad' dari dunia musik tak lepas usai mengikuti kajian rutin dengan tema larangan untuk bermusik yang dilakukan The Strangers.
"Larangan bermusik sendiri sudah termaktub dalam ajaran sunnah Nabi Muhammad. Musik, bisa membuat umat Islam menjauh dari iman," kata Irvan.
Kajian The Strangers sendiri berpegangan pada hadis riwayat Al-Bukhari yang berbunyi 'akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutera bagi laki-laki, khamr (minuman keras) dan alat musik'.
Tak hanya itu, hadis yang diriwayatkan Imam Abu Hanifah turut memandang bahwa mendengar nyanyian tergolong dalam perbuatan dosa.
[Gambas:Instagram]"Musik haram untuk dinikmati, begitu sunnahnya. Saya tidak pernah dengar musik lagi. Tapi kalau ke luar, seperti di mal gitu kan ada musik, itu di luar kehendak kita," kata Irvan.
Beberapa kalangan eks musisi yang bergabung dengan The Strangers sempat ragu dengan hadis tersebut. Namun setelah dijalani, kata Irvan, mereka mendapati ketenangan dan keberkahan hidup tanpa bermusik. Atas hikmah hijrah itu pula eks musisi yang aktif di The Strangers sepakat tak mau mengungkap identitas dan mengenang masa lalu lagi.
"Dulu 2013 kami pernah bikin artikel siapa-siapa aja eks musisi yang sudah hijrah, eks band ini, eks ini, yang jadi jemaah kita. Kita bikin tuh
publish di
website. Tapi setelah belajar dari kajian-kajian, kami luruskan niat jalani Islam. Kami tidak mau disebut riya," kata dia.
[Gambas:Instagram]
Tahun ini genap delapan tahun The Strangers terbentuk. Tak hanya lewat kajian, mereka juga aktif berdakwah di media sosial.
Akun instagram The Strangers Al-Ghuroba yang sudah memiliki 114 ribu lebih pengikut itu digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan penting dari Alquran dan hadis.
Beberapa di antaranya, termasuk hadis riwayat Ath-Thabrani yang berbunyi 'Akan terjadi di akhir zaman, ditenggelamkannya manusia ke dalam bumi, dihujani dengan lemparan batu, dan diubah rupanya yaitu jika telah tampak (dihalalkannya) alat-alat musik dan para biduanita serta dihalalkannya khamr'. Di atas hadis tersebut, tertulis ajakan agar tidak menjadi bagian fitnah di akhir zaman.
Tak hanya itu, beberapa unggahan The Strangers juga mengingatkan bahwa sukses bukan diukur dari jutaan kopi album yang sudah terjual. Akun tersebut juga menyindir soal puluhan juta yang sudah dikeluarkan untuk sebuah gitar Gibson Flying V, atau amplifier Vox, bukan investasi yang bisa membawa ke surga.
Walau menyampaikan pesan yang cukup keras soal haramnya musik, namun kesan 'menyeramkan' itu tidak dijumpai di setiap kajian The Strangers yang digelar di beberapa masjid di Jakarta, seperti masjid WTC Jenderal Sudirman dan Masjid Nurul Iman Blok M Squre.
[Gambas:Instagram]
Irvan mengaku The Strangers sendiri sengaja menggunakan simbol-simbol budaya populer melalui kampanye media sosial yang terbilang sukses menarik perhatian anak muda untuk mengahadiri pengajiannya tersebut.
CNNIndonesia.com sendiri sempat mengikuti kajian yang digelar The Strangers di salah satu masjid di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada bulan Maret 2019 lalu.
Kajian itu memang didominasi oleh anak-anak muda. Beberapa tema seputar nikah muda, tauhid, hijrah, hingga mu'amalah kerap dibahas bersama sejumlah ustaz ternama seperti Subhan Bawazier dan Khalid Bassalamah.
Keputusan untuk hijrah tak jarang membuat musisi rela untuk meninggalkan aktivitas bermusik yang telah dijalani hampir sepanjang hidupnya. Namun tak seperti musisi yang bergabung di Strangers Al-Ghuroba, Rizky Fadli, mantan gitaris band Rocket Rockers punya pandangan berbeda soal musik setelah hijrah di medio 2018 lalu.
Rizky merasa telah matang mengambil keputusan untuk hijrah dan nonaktif sebagai musisi meski hampir 20 tahun berkiprah bersama Rocket Rockers --salah satu pionir band pop punk Indonesia yang turut membesarkan nama panggungnya: Lowp.
Rizky menganggap alat musik membuatnya lalai terhadap ajaran atau kewajiban sebagai umat beragama. Bahkan mengabaikan ajaran agama. Dia merasa terlalu banyak waktu terbuang untuk beribadah di masa silam akibat musik.
"Saya selama beberapa belas tahun
nge-band banyak kelalaian-kelalaian yang saya lakukan dan khilaf-khilaf. Saya meninggalkan fitrah saya menjadi seorang Islam dengan bermain musik," tutur Rizky kepada
CNNIndonesia.com di kediamannya di Bandung, Maret lalu.
Rizky mengamini bahwa ada perdebatan alot antara halal dan haram mengenai musik. Tidak sedikit yang terlibat dalam perdebatan itu hingga hari ini. Namun, Rizky mengaku enggan turut menjadi bagian.
Dia tidak menganggap musik sebagai sesuatu yang haram. Karenanya, tidak pernah pula menghujat musisi lain yang sudah hijrah namun masih bermusik. Rizky juga enggan melarang-larang mereka untuk berhenti bermusik seperti dirinya, atau menggunakan dalil-dalil syariah untuk mengharamkan atau menghalalkan musik.
"Kalau alat musik itu haram memang masih menjadi perdebatan yang alot. Di luar itu masih ada yang berpendapat bahwa musik masih boleh dijalankan, ya monggo," tutur Rizky.
 Rizky memilih hengkang dari Rocket Rockers setelah mendapat hidayah untuk berhijrah. (CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Fenomena musisi melepas diri dari dunia musik tak terlepas dari penafsiran atas kajian ajaran Alquran dan sunnah. Sebagian kalangan mengharamkan musik setelah berhijrah, tetapi ada pula musisi yang lebih tekun mendalami Islam namun tetap bermusik.
Hasil riset Dosen Universitas Islam Negeri Jakarta Syarief Hidayatullah Rahmat Hidayatullah mengungkap kecenderungan musisi beraliran metal lebih banyak berhijrah setelah mendapat momentum untuk bertobat. Selebihnya adalah musisi indie dan pop.
Keputusan melepas musik sangat bergantung jalur hijrah yang ditempuh seorang musisi. Ada yang melalui Jamaah Tabligh, ada pula yang melalui kelompok kajian Salafi.
"Kalau Salafi mengharamkan musik tanpa kecuali," tutur Rahmat saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com di kampus UIN, Jakarta, Maret lalu.
Rahmat menyebutkan beberapa eks musisi yang hijrah lalu berhenti bermusik di antaranya Alfi Chaniago dan Beni Adhiantoro eks personel band new wave indie Jakarta, The Upstairs. Eks vokalis band Rumah Sakit, Andri Lemes termasuk pula diantaranya.
Sikap eks musisi menjadi anti-musik bermuara pada pandangan terhadap hadis yang dijadikan acuan oleh beberapa kelompok. Perbedaan pandangan tersebut yang membuat perdebatan musik haram masih belum selesai hingga hari ini.
Kelompok Salafi, lanjut Rahmat, melandaskan pemahamannya terhadap pemikiran Nashirudin Albani. Nashirudin menganggap musik sebagai sesuatu yang haram dengan menyertakan hadis serta ayat-ayat Alquran tertentu. Selain itu, Imam Syafi'i juga mengharamkan alat musik yang terbuat dari batang kurma atau
nard dan Imam Abu Hanifah yang menyebut mendengarkan nyanyian.
"Salafi bilang itu haram karena menjauhkan orang dari Tuhan," kata Rahmat.
 Umat Syiah Irak saat beribadah dengan musik rap. (Haidar HAMDANI / AFP) |
Rahmat mengatakan bahwa musik sempat menjadi tradisi oleh beberapa kelompok Islam, khususnya kaum sufi atau ahli tasawuf yang menjadikan musik sebagai bagian dari instrumen meningkatkan dimensi spiritualitas. Selain itu, Imam al-Ghazali juga menghalalkan musik berdasarkan hadis yang diriwayatkan Aisyah RA yang pernah mendengar nyanyian di rumah dan Nabi Muhammad tidak menegurnya.
Namun, kalangan penganut Salafi tidak menerima hal itu. Menurut mereka, kalangan yang tidak mengharamkan musik menggunakan hadis dhaif, atau lemah kebenarannya.
"Pertentangannya terletak pada Nashiruddin yang mengatakan hadis-hadis yang mengindikasikan musik halal itu hadis dhaif, sementara ulama Al-Azhar Mesir, Yusuf Al-Qardhawi mengatakan ini shahih," kata Rahmat.
[Gambas:Video CNN]