Bandung, CNN Indonesia -- Gubernur Jawa Barat
Ridwan Kamil dan Ustaz Rahmat Baequni akhirnya saling bertemu setelah munculnya perdebatan di dunia maya perihal desain
masjid Al Safar dituding sarat akan simbol terselubung illuminati.
Masjid yang berada di tempat istirahat (
rest area) jalan tol
Cipularang, KM 88 tersebut, diketahui didesain Ridwan yang memang dikenal sebagai arsitek.
Pertemuan antara Ridwan dan ustaz yang dalam rekaman video
viral sedang menjelaskan soal simbol illuminati pada masjid Al Safar itu dimediasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat. Pertemuan dalam forum silaturahmi dan diskusi umum bertajuk
Bersama Membangun Umat itu dilaksanakan di lingkungan Gedung Pusat Dakwah Islam (Pusdai), Kota Bandung, Senin (10/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pantauan di lokasi, gedung Pusdai tersebut penuh sesak oleh warga. Sementara penengah diskusi adalah Ketua MUI Jabar, Rahmat Syafei.
Rahmat Baequni diberi panggung pertama untuk presentasi selama 30 menit. Pemaparannya terkait lambang illuminati. Sang ustaz mengatakan segitiga merupakan simbol yang digunakan zionis Yahudi dalam berbagai hal. Lambang tersebut pula, sebut Baequni, yang dipakai kaum zionis untuk menyifatkan Tuhan yang mereka tunggu.
Berdasarkan buku yang dipelajari mengenai kebangkitan kaum Yahudi, kata Baequni, mereka menyimbolkan iblis dengan lambang segitiga ke bawah. Sementara itu, simbol Dajal dengan segitiga ke atas. Sehingga, sambung Baequni, ketika dua segitiga berlawanan arah itu dipertemukan akan memunculkan lambang Yahudi yang sekarang menjadi bendera Israel.
Menurut Baequni, kaum zionis internasional memiliki tiga hal kepentingan. Pertama, mengumpulkan seluruh kaum Yahudi di seluruh dunia di bawah misi kembali ke tanah air mereka yang dijanjikan Deklarasi Altaour Balfour 1917.
Kedua, mendirikan negara yang berdaulat di atas tanah merah Palestina. Serta menanamkan pengaruh atas dunia di berbagai bidang kehidupan menuju terbentuknya
The New World Order.
"Salah satunya mereka memasukkan dalam ilmu arsitektur," kata Baequni.
 Ustaz Rahmat Baequni memberikan penjelasan soal pendapatnya mengenai sarat makna illuminati pada desain Masjid Al Safar karya Ridwan Kamil. (CNN Indonesia/Huyogo) |
Sedangkan Emil, sapaan Ridwan Kamil, dalam presentasinya melayangkan pertanyaan tentang masjid-masjid lain yang juga punya segitiga atau satu lingkaran termasuk mihrab Masjid Nabawi di Kota Madinah. Oleh karena itu, Emil meminta agar ulama mengambil kesepakatan yang sama terkait simbol.
Dalam pemaparan tersebut, Emil menjelaskan saat diberi kesempatan mendesain masjid Al Safar yang letaknya di kaki gunung itu ia menggagas konsep yang terkesan menyatu dengan alam.
"Apa bentuknya? Alam itu tidak beraturan maka Masjid Al Safar pun bentuknya tidak beraturan," kata Ridwan.
"Dalam ilmu arsitektur ada teorinya. Namanya teori melipat atau origami. Dengan melipat kita bisa membentuk yang tidak beraturan menjadi berdiri. Bentuk tidak beraturan ini secara alami membentuk segitiga dalam lipat-melipat supaya bisa belok," ujarnya.
Atas dasar itu, ia pun menegaskan tak ada niat dirinya mendesain masjid tersebut dengan simbol yang dituding mirip illuminati.
 Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memberikan penjelasan soal arsitektur masjid Al Safar yang ia desain. (CNN Indonesia/Huyogo) |
Sebelumnya, dalam rekaman
viral menjelang musim mudik Lebaran 2019,
viral rekaman dengan Ustaz Baequni sebagai penyaji. Dalam rekaman yang
viral itu, Baequni menuding Masjid Al Safar merupakan rancangan Ridwan Kamil sarat akan simbol illuminati.
Tudingan simbol illuminati itu muncul karena di bagian mimbar mirip dengan '
All Seeing Eye' alias mata satu, yang diketahui sebagai simbol utama dalam illuminati. Selain itu, bentuk Baequni pun mempersoalkan masjid Al Safar yang berbentuk segitiga.
Sebelumnya, cerita soal Masjid Al Safar muncul dalam tayangan Youtube yang dipublikasikan akun
Teras Dakwah. Dalam video yang tayang pada periode Januari hingga Mei 2019 tersebut, Ustaz Rahmat Baequni sedang berceramah di suatu tempat di Yogyakarta.
[Gambas:Instagram]Halaman selanjutnya pendapat MUI Jabar
Setelah diskusi tersebut, Ketua MUI Jabar Rahmat Syafei menegaskan pihaknya meminta dalam kondisi apapun maka umat harus rukun dalam persatuan dan kesatuan.
"Tadi kita mendengarkan bahwa silaturahmi pada kesempatan ini menerima apapun keyakinan masing-masing itu dihargai, silakan. Tapi yang disepakati adalah bagaiamana menjaga persaudaraan dan bagaimana kita saling menghargai perbedaan pendapat," ucap Rahmat.
Selain itu, Rahmat menyatakan MUI Jabar akan mengkaji permintaan Ridwan Kamil terkait kesepakatan ulama atas simbolisme di masjid.
"Ya kalau perlu dan ada masalahnya nanti kami berkewajiban untuk melihat masalah yang tadi supaya kita merasa lebih jelas lagi. Tadi itu masalah pandangan, makanya kita dengar. Jangan sampai hasil karya yang orangnya sudah punya niat baik tapi ada kekhawatiran dan kita lihat sejauh mana dampaknya terhadap keimanan," kata Rahmat.
Menurut Rahmat, fatwa untuk membangun masjid dengan aturan tanpa simbol tertentu bukan hal yang utama. Meski begitu ia menyatakan MUI melihat perbedaan pendapat harus diberi ruang untuk saling berdiskusi.
"Ya (fatwa) tidak diperlukan. Kalau ada yang bertanya, ada masalah baru dikaji. MUI sadar kalau sebelumnya ada masalah, kedua belah pihak menjelaskan dulu," ujarnya.
Sementara itu, Ridwan berharap lewat pertemuan ini maka pikiran masyarakat akan terbuka untuk memandang sesuatu dengan positif. Ia menegaskan fokus pendirian masjid adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan yang lainnya.
Oleh karena itu, ketika ada pendapat yang berbeda, Ridwan menyatakan dirinya lebih baik meminta pendapat kepada ulama.
"Intinya kalau saya Muslim yang taat meminta pada ulama bersepakatlah dulu karena umat bingung kalau belum ada kesepakatan. Kalau sudah sepakat, nanti peradaban Islam lebih tenang tidak ada perbedaan-perbedaan pandangan. Tadi saya kira istihad itu yang saya titip kepada MUI atau ulama-ulama," ujarnya.
Untuk diketahui, sebelum menjabat sebagai Gubernur Jabar, Emil memang dikenal sebagai arsitek. Mantan Wali Kota Bandung itu pun diketahui sudah mendesain lebih dari 30 masjid di Indonesia dan sejumlah negara. Ia menegaskan, niatnya merancang masjid semata karena ibadah.
"Tidak ada niat sedikitpun (membuat illuminati)," kata pria yang juga banyak menjelaskan soal desain karyanya lewat akum media sosial setelah masjid Al Safar dituding sarat simbol illuminati.
[Gambas:Instagram]Sementara itu, Baequni berharap ada pertemuan lanjutan baik dengan MUI dan Ridwan Kamil soal pandangannya soal Masjid Al Safar dan kaitannya dengan illuminati.
Penceramah yang materi dakwahnya banyak menyoroti tanda akhir zaman itu mengaku kurang puas karena belum bisa menyampaikan isi argumentasinya secara utuh karena waktu yang diberi panitia tidak cukup.
"Makanya saya berharap ada pertemuan berikutnya lagi dengan MUI, Gubernur Jawa Barat, dengan siapapun saya
Dalam kesempatan tersebut, Baequni mengaku tidak hanya menyoroti Masjid Al Safar. Ada beberapa masjid lainnya yang mengandung simbol segitiga illuminati.
"Bisa dilihat dari ceramah saya di seluruh Indonesia, saya tidak membahas masjid Al Safar. Sebelum membahas Masjid Al Safar ada banyak masjid yang saya bahas," katanya.
Oleh karena itu, Rahmat berharap para ulama bisa sama-sama memperhatikan hal tersebut. Sebab, menurut Baiquni simbol itu selain mengganggu juga dianggap mengugurkan ibadah kaum Muslim.
"Sehingga jangan sampai ada sesuatu yang karena ketidaktahuan itu dibiarkan, sehingga itu akan membatalkan akidah kita ibadah kita kepada Allah SWT," ujarnya.