Setelah diskusi tersebut, Ketua MUI Jabar Rahmat Syafei menegaskan pihaknya meminta dalam kondisi apapun maka umat harus rukun dalam persatuan dan kesatuan.
"Tadi kita mendengarkan bahwa silaturahmi pada kesempatan ini menerima apapun keyakinan masing-masing itu dihargai, silakan. Tapi yang disepakati adalah bagaiamana menjaga persaudaraan dan bagaimana kita saling menghargai perbedaan pendapat," ucap Rahmat.
Selain itu, Rahmat menyatakan MUI Jabar akan mengkaji permintaan Ridwan Kamil terkait kesepakatan ulama atas simbolisme di masjid.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya kalau perlu dan ada masalahnya nanti kami berkewajiban untuk melihat masalah yang tadi supaya kita merasa lebih jelas lagi. Tadi itu masalah pandangan, makanya kita dengar. Jangan sampai hasil karya yang orangnya sudah punya niat baik tapi ada kekhawatiran dan kita lihat sejauh mana dampaknya terhadap keimanan," kata Rahmat.
Menurut Rahmat, fatwa untuk membangun masjid dengan aturan tanpa simbol tertentu bukan hal yang utama. Meski begitu ia menyatakan MUI melihat perbedaan pendapat harus diberi ruang untuk saling berdiskusi.
"Ya (fatwa) tidak diperlukan. Kalau ada yang bertanya, ada masalah baru dikaji. MUI sadar kalau sebelumnya ada masalah, kedua belah pihak menjelaskan dulu," ujarnya.
Sementara itu, Ridwan berharap lewat pertemuan ini maka pikiran masyarakat akan terbuka untuk memandang sesuatu dengan positif. Ia menegaskan fokus pendirian masjid adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, bukan yang lainnya.
Oleh karena itu, ketika ada pendapat yang berbeda, Ridwan menyatakan dirinya lebih baik meminta pendapat kepada ulama.
"Intinya kalau saya Muslim yang taat meminta pada ulama bersepakatlah dulu karena umat bingung kalau belum ada kesepakatan. Kalau sudah sepakat, nanti peradaban Islam lebih tenang tidak ada perbedaan-perbedaan pandangan. Tadi saya kira istihad itu yang saya titip kepada MUI atau ulama-ulama," ujarnya.
Untuk diketahui, sebelum menjabat sebagai Gubernur Jabar, Emil memang dikenal sebagai arsitek. Mantan Wali Kota Bandung itu pun diketahui sudah mendesain lebih dari 30 masjid di Indonesia dan sejumlah negara. Ia menegaskan, niatnya merancang masjid semata karena ibadah.
"Tidak ada niat sedikitpun (membuat illuminati)," kata pria yang juga banyak menjelaskan soal desain karyanya lewat akum media sosial setelah masjid Al Safar dituding sarat simbol illuminati.
[Gambas:Instagram]Sementara itu, Baequni berharap ada pertemuan lanjutan baik dengan MUI dan Ridwan Kamil soal pandangannya soal Masjid Al Safar dan kaitannya dengan illuminati.
Penceramah yang materi dakwahnya banyak menyoroti tanda akhir zaman itu mengaku kurang puas karena belum bisa menyampaikan isi argumentasinya secara utuh karena waktu yang diberi panitia tidak cukup.
"Makanya saya berharap ada pertemuan berikutnya lagi dengan MUI, Gubernur Jawa Barat, dengan siapapun saya
Dalam kesempatan tersebut, Baequni mengaku tidak hanya menyoroti Masjid Al Safar. Ada beberapa masjid lainnya yang mengandung simbol segitiga illuminati.
"Bisa dilihat dari ceramah saya di seluruh Indonesia, saya tidak membahas masjid Al Safar. Sebelum membahas Masjid Al Safar ada banyak masjid yang saya bahas," katanya.
Oleh karena itu, Rahmat berharap para ulama bisa sama-sama memperhatikan hal tersebut. Sebab, menurut Baiquni simbol itu selain mengganggu juga dianggap mengugurkan ibadah kaum Muslim.
"Sehingga jangan sampai ada sesuatu yang karena ketidaktahuan itu dibiarkan, sehingga itu akan membatalkan akidah kita ibadah kita kepada Allah SWT," ujarnya.
(hyg/kid)