Jakarta, CNN Indonesia -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (
Walhi) menilai narasi Presiden Joko Widodo alias
Jokowi yang menyatakan bakal mengejar pihak penghambat investasi di Indonesia berpotensi meningkatkan angka kriminalisasi terhadap masyarakat yang memperjuangkan lingkungannya.
"Ketika Jokowi menggunakan diksi mengancam seperti itu, maka aparatur di bawahnya akan menjalankan, sehingga kami khawatir akan meningkatkan angka kekerasan dan kriminalisasi pada masyarakat yang memperjuangkan sumber kehidupan dan lingkungan hidupnya," kata Kepala Desk Politik Walhi Khalisa Khalid, di kantornya, Jakarta Selatan pada Selasa (16/7).
Sebelumnya, Jokowi menyatakan bakal mengejar pihak yang menghambat investasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perizinan yang lambat, berbelit-belit, apalagi yang ada punglinya. Hati-hati, hati-hati, ke depan saya pastikan akan saya kejar, saya kontrol, akan saya cek, dan akan saya hajar," cetus Jokowi dalam acara penyampaian Visi Nasional 2019 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Minggu (14/7).
Khalisa mengatakan narasi tersebut mengkhawatirkan karena sejak era Orde Baru hingga saat ini masyarakat yang memperjuangkan sumber kehidupan dan lingkungan hidupnya selalu dicap sebagai penghambat investasi.
Di sisi lain, lanjutnya, investasi yang diterbitkan secara sembrono sejak era Orde Baru twlah mengakibatkan ratusan ribu hingga jutaan orang kehilangan sumber kehidupannya.
Investasi pun, kata Khalisa, telah memaksa masyarakat petani menjadi buruh pabrik atau perkebunan, bahkan mengusir hingga menghilangkan identitas lokal masyarakat adat.
"Kebudayaan karena keselamatan dan kesakralan lingkungan dikorbankan demi mengejar pertumbuhan ekonomi makro," kata dia.
Khalisa pun meminta pasangan presiden-wapres terpilih Jokowi-M'ruf Amin tidak bermain-main dengan urusan lingkungan dan konsisten menjalankan janji politik Nawacita.
"Ini bukan tentang aku atau kamu, juga bukan tentang kami atau mereka. Tetapi ini tentang nasib lingkungan hidup dan masa depan generasi bangsa," tutup Khalisa.
[Gambas:Video CNN] (mts/arh)