Jakarta, CNN Indonesia -- Letnan Kolonel
Soeharto terlihat berdiri di sisi kiri Panglima Besar
Jenderal Sudirman saat tiba di Alun-alun Yogyakarta, 9 Juli 1949. Saat itu ia sehabis menjemput Sudirman selaku pemimpin Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dari hutan di kawasan Karangmojo, Gunungkidul, tempat ia bersama pasukannya bergerilya.
Saat itu Soeharto diutus Presiden Sukarno untuk menyampaikan perintah kepada Sudirman agar turun gunung dari perang melawan pasukan Belanda ke ibu kota Yogyakarta. Soeharto berhasil membujuk Sudirman dan bersedia masuk ibu kota.
Momen tersebut terekam dalam sebuah foto yang dimiliki oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). Foto itu satu dari sederet momen lain Soeharto yang berhasil dijepret kamera dan dipamerkan ANRI di Kantor ANRI, Jalan Ampera, Jakarta Selatan, Kamis (18/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ANRI memamerkan koleksi sejumlah foto yang mengabadikan Soeharto mulai dari saat aktif sebagai anggota tentara hingga menjadi orang nomor satu di Indonesia maupun momen saat bersama keluarganya.
Foto-foto tersebut dikeluarkan berbarengan dengan penyerahan arsip-arsip lainnya oleh pihak keluarga Soeharto kepada ANRI hari ini. Foto yang ditampilkan hampir seluruhnya berwarna hitam-putih.
Momen bersama Sudirman ternyata tak hanya saat di Alun-alun Yogyakarta saja. Di foto yang lain Soeharto juga duduk di sebuah ruangan bersama Sudirman. Soeharto terlihat duduk di sisi kiri Sudirman dengan dua orang duduk di depannya.
Seoharto memang dikenal aktif sebagai tentara sebelum akhirnya menjadi Presiden RI-ke2. Pria kelahiran Kemusuk, Yogyakarta, 9 Juni 1921 itu mengawali karier militernya dengan mendaftar masuk Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL) saat pendudukan Belanda pada 1942. Ia kemudian bergabung ke Tentara Pembela Tanah Air (PETA) ketika Jepang mengambil alih.
Karir militernya terus berlanjut sampai masa perjuangan kemerdekaan. Soeharto masuk dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR), cikal bakal TNI.
Saat masa agresi militer II Belanda medio 1949, Soeharto menjabat Komandan Resimen Wehrkreise II dengan pangkat Letkol, yang bertanggung jawab pada keamanan wilayah Yogyakarta, ibu kota sementara RI. Soeharto juga yang memimpin serangan umum pada 1 Maret 1949.
Setelah itu, kariernya terus menanjak hingga menjadi presiden menggantikan Sukarno melalui Ketetapan MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967.
Beberapa momen dalam karier militernya itu terpampang dalam foto-foto yang dipanjang ANRI ini, seperti saat duduk di bangku depan mobil jip bersama tiga rekannya menyaksikan latihan perang pada 10 November 1949.
Kemudian saat Soeharto bersama pasukan Garuda Mataram yang melawan pasukan Belanda di sekitar Yogyakarta pada 1949. Selain itu ada juga foto Soeharto bersama belasan anggota TRI. Ia tampak mengenakan topi dan membawa tongkat.
 Salah satu momen saat Presiden Soeharto bersama keluarga. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan). |
Momen Bersama KeluargaTak cuma itu, ANRI juga memajang jepretan kamera beberapa momen Soeharto bersama keluarga. ANRI pun turut menyajikan foto-foto 'The Smiling General' bersama keluarga besarnya.
Foto yang diperlihatkan antara lain saat ia sungkem dengan mertuanya di rumahnya, Jalan Cendana, Jakarta. Terlihat istrinya, Siti Hartinah alias Tien Soeharto tengah duduk di belakangnya. Momen ini terjadi pada 20 Juni 1985.
Ada juga foto Soeharto bersama orang tua Ibu Tien dan anak-anaknya yang masih muda, seperti Siti Hardijanti Rukmana, Sigit Harjojujandto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariadi, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, serta Siti Hutami Endang Adiningsih.
Selain itu terdapat foto Soeharto ketika upacara Tedak Siti cucunya di kediamannya, Jalan Cendana, Jakarta. Di foto itu tampak ayah Prabowo Subianto, Sumitro Djojohadikusumo. Namun di foto tersebut tak terdapat keterangan tahun. Masih ada beberapa foto koleksi ANRI lain yang dipamerkan.
Diketahui dalam penyerahan arsip statis kali ini, pihak keluarga Cendana menyerah ke ANRI antara lain, 19 roll microfilm yang berisi pidato Soeharto berikut dengan daftarnya, 10 roll microfilm pidato Ibu Tien Soeharto beserta daftar dan naskah pidatonya, 10 roll microfilm kumpulan risalah sidang kabinet periode tahun 1967-1998.
Kemudian proklamasi integrasi Balibo, yang mendeskripsikan tekad rakyat Timor Timur untuk bersatu dengan Indonesia tahun 1976 beserta daftarnya, satu album foto yang terdiri dari 91 lembar foto yang merekam kegiatan Soeharto berikut
compact disc-nya.
Bersambung ke halaman berikutnya...[Gambas:Video CNN]
Selain menyerahkan arsip, pihak keluarga juga meminjamkan satu unit alat baca microfilm atau microreader kepada ANRI.
Dari album yang diserahkan terlihat foto-foto Soeharto tengah menjalankan tugasnya sebagai presiden. Ia berkuasa selama kurang lebih 32 tahun. Sementara rol film pidato Soeharto dan Tien Soeharto tersusun rapih dalam sebuah tempat yang ditampilkan di atas meja.
Foto-foto kegiatan Soeharto koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi juga ikut dipamerkan. Foto-foto tersebut memperlihatkan berbagai kegiatan penguasa Orde Baru itu saat memimpin republik.
Mulai saat blusukan ke Desa Rambatan Wetan, Indramayu, Jawa Barat, singgah di rumah warga Desa Ciamis untuk menyampaikan program keluarga berencana pada 1974, sampai panen bawang bersama Tien Soeharto di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Adapun hadir mewakili keluarga Cendana dalam penyerahan arsip tersebut Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut dan Bambang Trihatmodjo.
Tutut mengatakan masih banyak arsip baik berupa foto-foto maupun dokumen lainnya milik sang ayah. Ia dan pihak keluarha akan segera mengumpulkan arsip yang masih tercecer lalu diserahkan ke ANRI.
"Ini memang belum semua diberikan, nanti yang tertinggal disusulkan. Masih banyak buku, yang masih tercecer, masih dikumpulkan," kata Tutut.
Namun, Tutut enggan menjelaskan lebih rinci bagaimana pihak keluarga memilih foto-foto Soeharto untuk diserahkan kepada ANRI. Ia meminta agar foto-foto tersebut nanti dilihat sendiri ketika sudah dipublikasikan oleh ANRI.
"Ya kamu lihat sendiri, 'ndelok dewe koyo opo'. Baru ketemu saya tanya lagi. Kalau mau tahu persis, semua ada di situ, kalau saya kasih nanti enggak mau baca," ujarnya.
 Selain foto, keluarga Cendana juga menyerahkan arsip lain seperti microfilm, rol microfilm, rekaman, hingga naskah pidato Soeahrto. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan). |
Tutut menyatakan Soeharto selama memimpin Indonesia telah berusaha meletakkan pondasi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam semua aspek. Menurutnya, sebagai pribadi, almarhum memiliki ciri khas sendiri selama menjabat sebagai presiden RI, baik dari segi kebijakan, penampilan, karakter, maupun kepribadian.
"Semua jejak langkah kegiatan maupun peristiwa yang pernah beliau lakukan terekam dalam dokumen dan arsip yang hingga kapan pun bisa dilihat, didengar dan dipelajari oleh penerus bangsa sehingga bisa diambil manfaatnya," tuturnya.
Tutut menyebut pembangunan yang dilakukan di bawah kepemimpinan Soeharto di masa lalu juga telah berhasil mengangkat derajat Indonesia dari bangsa yang miskin menjadi bangsa berpenghasilan layak.
"Bahkan pada saat itu Indonesia dianggap sebagai salah satu dari Macan Asia. Apa yang saya sampaikan tercatat jelas dalam arsip arsip tersebut," ujarnya.
Sementara itu, Soenarto Soedarno, mantan staf Asisten Menteri Sekretaris Negara Urusan Khusus (Assus) menambahkan dirinya turut membantu pihak keluarga Cendana dalam menyusun arsip Soeharto maupun Tien Soeharto. Salah satu arsip yang disusun adalah pidato-pidato Soeharto selama menjadi presiden.
Soenarto menyebut salah satu arsip yang menarik diserahkan ke ANRI adalah kumpulan pidato Soeharto setiap menyampaikan pertanggungjawaban pada 16 Agustus setiap tahunnya.
Masyarakat, kata Soenarto bisa mengkaji lebih lanjut isi pidato dari presiden yang dikenal masyarakat dengan kosakata 'daripada' dalam setiap kali berbicara tersebut.
"Kita bisa lihat hasil yang sangat runut. Itu sebetulnya hasil pengumpulan keluarga bapak sendiri," ujarnya.