Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (
BNPB) Doni Monardo menyebut Indonesia menempati peringkat pertama dalam jumlah korban bencana pada 2018.
Hal ini, kata Doni, membuktikan bahwa Indonesia adalah negara paling banyak menelan korban dalam urusan kebencanaan sepanjang tahun 2018. Padahal di tahun-tahun sebelumnya peringkat pertama untuk urusan ini masih disandang oleh Haiti.
"Tahun lalu (2018) Indonesia berada pada peringkat pertama korban jiwa akibat bencana, ini data. Marilah kita lihat data bahwa negara kita adalah negara dengan korban jiwa terbanyak di dunia pada tahun kemarin," kata Doni di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Kamis (1/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2018, lanjutnya, jumlah korban terdampak bencana di Indonesia mencapai angka lebih dari 160 ribu orang.
Sementara, selama 20 tahun terakhir Indonesia menempati peringkat kedua jumlah korban terbanyak, dengan posisi pertama ditempati oleh Haiti.
![BNPB Sebut Indonesia Nomor Wahid Jumlah Korban [HOLD]](https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2018/10/09/fb405741-76a8-400c-8493-df70f3c33ebc_169.jpeg?w=620) Gempa bumi di Haiti pad a2010 disebut menewaskan 200 ribu orang. REUTERS/Ricardo Rojas) |
"Selama 20 tahun kita berada pada posisi nomor dua setelah Haiti, tahun kemarin kita pada posisi pertama. Korban kita lebih dari 160 ribu orang kalau dihitung-hitung 20 terakhir ini korban bencana itu lebih besar dibandingkan daripada korban karena sebuah peperangan di beberapa negara," kata dia.
Lebih lanjut, untuk mengatasi bencana ini kata Doni tentunya pemerintah tak dapat bekerja sendirian. Diperlukan kerjasama bukan hanya dengan stakeholder terkait tetapi juga seluruh masyarakat.
"Lantas apa yang perlu kita lakukan untuk bisa melindungi menyelamatkan bangsa dan rakyat kita? Pemerintah tidak mungkin bisa bekerja sendirian," kata dia.
Kerjasama ini kata Doni bisa dimulai dengan dunia usaha yang lebih memperhatikan lokasi pembangunan tempat usaha mereka. Para pengusaha perhotelan misalnya harus memperhatikan titik patahan yang ada di setiap lokasi.
Pembangunan gedung juga menurut Doni harus memperhatikan kawasan rawan gempa hingga tsunami.
Ia mencontohkannya dengan peristiwa gempa bumi di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Tengah yang terjadi beberapa bulan lalu. Saat kejadian berlangsung sejumlah bangunan roboh hingga menimpa masyarakat dan menyebabkan banyaknya korban.
 Gempa Lombok, NTB, diklaim sumbang sebagaian besar korban bencana Indonesia di 2018. ( ANTARA FOTO/Zabur Karuru) |
"Kita lihat data di NTB, rumah yang bangunan yang rusak total 220 ribu. yang rusak berat itu 70 ribu sekian. Itu baru rumah saja, belum rumah sakit, jembatan, puskesmas, rumah ibadah," katanya.
"Di Sulteng, rumah yang rusak itu mencapai lebih dari 110 ribu unit. 33 ribu lebih itu rusak berat. Jadi ini pun yang menimbulkan korban jiwa itu adalah bukan gempanya, tetapi bangunan yang menimpa masyarakat kita," kata dia.
Menurut data BNPB, pada 2017 terjadi 2.862 bencana. Setahun kemudian, terjadi 2.426 bencana. Namun, dari segi korban meninggal dunia dan hilang, jumlahnya melonjak drastis dari 378 korban menjadi 4.231 korban.
(tst/arh)