Enam Titik Panas Karhutla Terdeteksi di Penajam Paser Utara

CNN Indonesia
Kamis, 05 Sep 2019 16:20 WIB
BPBD Penajam Paser menyatakan ada enam titik panas yang terdeteksi dan berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan.
Lahan di Penajam Paser Utara. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Enam titik panas atau hotspot yang berpotensi memicu kebakaran hutan dan lahan terdeteksi di Kabupaten Penajam Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Masyarakat diminta mewaspadai kebakaran hutan dan lahan.

Mengutip Antara, Kamis (5/9), Kepala Ex-Officio Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Penajam Paser Utara, Tohar mengatakan musim kering atau kemarau akan berlangsung hingga Oktober 2019.

Kata dia, henam titik panas yang terpantau di wilayah Penajam Paser Utara tersebar di Kecamatan Penajam, Waru, Babulu dan Sepaku.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Camat, lurah, kepala desa hingga Ketua RT diminta untuk melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan kepada masyarakat," katanya.
BPBD Kabupaten Penajam Paser Utara mencatat hingga Agustus 2019, terjadi 23 kasus kebakaran lahan di daerah itu dengan luasan yang terdampak mencapai 65 hektare.

Menurut Tohar, pencegahan atau antisipasi terhadap kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Penajam Paser Utara sangat penting dilakukan secara serentak.

Tohar yang juga Sekretaris Kabupaten Penajam Paser Utara tersebut mengatakan camat, lurah, kepala desa dan ketua RT menjadi garda terdepan untuk mengantisipasi risiko kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya masing-masing.

Seluruh pejabat kewilayahan mulai camat, lurah, kepala desa hingga ketua RT diinstruksikan memberikan sosialisasi kepada masyarakat melalui berbagai media, termasuk di kantor kewilayahan dan tempat-tempat ibadah.

"Ada dua esensi yang perlu ditindaklanjuti , yakni upaya antisipasi dan tindakan penanganan bencana yang dilakukan secara bersama-sama," jelas Tohar.
Masyarakat dan perusahaan diminta ikut menjaga lingkungan dengan tidak melakukan pembakaran lahan apalagi tanpa pengawasan, sebab dampaknya cukup luas termasuk merusak ekosistem hewan di sekitar.

Setiap perusahaan diminta jangan hanya melindungi wilayahnya saja, tetapi juga harus berpartisipasi membantu melindungi masyarakat sekitar saat terjadi bencana.
[Gambas:Video CNN] (antara/ugo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER