Jakarta, CNN Indonesia -- Dinas Pendidikan Sumatra Selatan (
Sumsel) mengeluarkan kebijakan memundurkan waktu kegiatan belajar-mengajar (KBM) akibat kabut asap yang semakin tebal. Kebijakan tersebut akan diberlakukan hingga kebakaran hutan dan lahan (
karhutla) yang menyebabkan kabut asap mereda.
Kepala Dinas Pendidikan Sumsel, Widodo mengatakan telah menandatangani surat edaran yang menyatakan kepada sekolah untuk memundurkan waktu KBM dari pukul 07.00 menjadi pukul 08.00. Edaran tersebut sesuai dengan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumsel yang menyatakan kualitas udara di Palembang dan sekitarnya sudah masuk dalam kategori tidak sehat.
"Surat edaran sudah diteken dan diedarkan ke seolah-sekolah. Sementara untuk menerapkannya sejak besok Rabu (10/9) sudah disampaikan instruksi lisan kepada pihak sekolah," ujar Widodo, Selasa (10/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa daerah yang diprioritaskan untuk memundurkan waktu KBM, kata dia, yakni Palembang, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, serta Banyuasin. Surat edaran yang dibuat ditujukan untuk SMA yang berada dibawah tanggung jawab Disdik Provinsi. Untuk tingkat SMP sederajat, SD sederajat, hingga TK dan PAUD pihaknya akan berkoordinasi dengan Disdik kabupaten/kota untuk menerapkan aturan yang sama.
Pertimbangan untuk memundurkan hanya satu jam, jelasnya, karena biasanya pukul 08.00 sesuai rekomendasi dari BMKG kualitas udara sudah mulai membaik. Pihaknya bekerja sama dengan BMKG untuk memberikan informasi secara periodik kepada sekolah untuk memutuskan kebijakan apakah waktu KBM dimundurkan atau belajar di rumah.
Namun apabila dalam beberapa hari ke depan kualitas udara buruk bertahan hingga pukul 10.00 pihaknya akan menginstruksikan agar siswa tidak datang ke sekolah.
"Jika sampai pukul 10.00 kondisi udara tidak kunjung membaik, maka siswa diinstruksikan untuk melakukan sekolah maya, atau dengan sistem belajar online dari rumah," kata dia.
Pihaknya mengimbau kepada seluruh siswa dan guru untuk mengunakan masker saat KBM meskipun berada di dalam ruangan untuk mencegah terpapar dari dampak buruk kabut asap. Dia pun mengimbau kepada orang tua murid menyediakan masker untuk anaknya saat beraktivitas di luar rumah dan menerapkan pola hidup sehat.
"Nanti kita koordinasi dengan Dinkes juga untuk menyediakan masker gratis yang dibagikan ke sekolah-sekolah," ujar Widodo.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II BMKG Palembang Bambang Beny Setiaji berujar, Selasa (10/9) pagi, rentang konsentrasi partikulat PM10 berada pada 180-187 mikrogram per meter kubik. Diketahui, rentang 150-250 mikrogram per kubik sudah masuk kategori tidak sehat dengan indikator warna cokelat.
Dirinya menjelaskan, indikasi dari asap ini selain mengurangi jarak pandang yakni bau asap yang khas, perih di mata, sesak pada pernapasan dan langit serta matahari akan terlihat berwarna oranye kemerahan pada sore. Warna langit kemerahan tersebut disebabkan pembiasan cahaya matahari oleh polutan yang terdapat di atmosfer.
"Kami memprakirakan belum ada potensi hujan di wilayah Sumsel hingga 7 hari kedepan atau pada 16 September. Hujan turun terakhir pada 28 Agustus lalu. Kondisi tersebut akan menyebabkan asap akan tetap bertahan di udara hingga titik api yang terbakar benar-benar padam," kata dia.
[Gambas:Video CNN] (idz/ain)