Palembang, CNN Indonesia --
Titik api yang berada di wilayah
Sumatera Selatan semakin bertambah hingga 667 titik api. Bertambahnya titik api
karhutla tersebut menyebabkan kualitas udara di
Palembang dan sekitarnya semakin memburuk.
Berdasarkan pantauan satelit Lapan, terpantau terdapat 667 titik api yang terjadi pada Selasa (10/9) petang hingga Rabu (11/9) petang. Sebanyak 269 titik diantaranya memiliki tingkat kepercayaan di atas 80 persen, 375 titik memiliki tingkat kepercayaan 30-80, dan 23 diantaranya di bawah 30 persen.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II Palembang Bambang Beny Setiaji mengatakan, konsentrasi partikulat PM10 pada Rabu (11/9) pagi mencapai titik tertinggi selama masa musim kemarau.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
PM10 mencapai 298,29 mikrogram per meter kubik pada pukul 04.00. Indikator tersebut termasuk kategori sangat tidak sehat.
Angka tersebut berangsur turun menjelang matahari terbit yakni 173,54 mikrogram per meter kubik pada pukul 07.00 namun kembali meningkat menjelang petang yakni 175,70 mikrogram per meter kubik pada pukul 18.00.
Berdasarkan pantauan sebelumnya, asap di Palembang merupakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Banyuasin.
"Asap baru akan hilang jika terjadi hujan. Namun diperkirakan hingga 16 September belum ada potensi hujan," kata dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori berujar, musim kemarau tanpa hujan menyebabkan kondisi lahan di Sumsel sangat kering.
Hal tersebut meningkatkan resiko kebakaran semakin tinggi. Sepanjang September 2019, mencapai 1.364 titik api. Jumlah tersebut sudah melampaui total titik api pada Agustus yakni 1.308.
Tercatat pada Januari-September 2019 titik panas di Sumsel telah mencapai 3.239 titik. Jauh lebih banyak dibanding jumlah titik panas di tahun 2016 yang 965 titik, 2017 dengan 1.14 titik, serta 2018 dengan 2.081 titik.
Jumlah lahan terbakar di Sumsel mencapai 2.738 hektar dan terus bertambah karena masih ada beberapa titik di Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir yang membara.
"Upaya pemadaman masih dilakukan dengan tim darat maupun waterbombing. Teknik modifikasi cuaca belum bisa dilakukan lagi karena pesawatnya dipakai oleh TNI di Malang untuk latihan," kata dia.
(idz/eks)