Jakarta, CNN Indonesia -- Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) menyebut 90 peserta demo di depan gedung
DPR, Selasa (24/9), menjadi korban dan sudah mendapat perawatan. Kebanyakan dari mereka diketahui adalah
mahasiswa, dan sisanya berasal dari relawan dan juga wartawan.
Hingga kini, RSPP sudah memulangkan 87 pasien yang mendapatkan perawatan. Sedangkan tiga lainnya masih dalam proses perawatan akibat terkena benda tumpul. Salah satunya mengalami pendarahan di dalam kepala.
"Ketiga [korban mengalami] trauma tumpul juga di kepala, mendapat jahitan. Kondisi cukup baik, tapi karena kena gas air mata dia mengalami muntah dan dehidrasi," jelas Direktur Umum RSPP Dokter Kurniawan Iskandarsyah dalan jumpa pers, Rabu (25/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiga yang dirawat itu kondisi baik, Tidak memerlukan tindakan operasi ," imbuhnya.
Kurniawan tak menyebutkan dengan jelas identitas ketiga korban mahasiswa itu. Ia mengatakan salah satu dari tiga korban itu mengalami pendarahan di kepala.
 Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi bentrok dengan aparat dalam demo di depan gedung DPR, Jakarta, kemarin. ( CNN Indonesia/Bisma Septalisma) |
"Dari 90 pasien itu, tiga [orang] kami rawat, satu (orang) karena trauma [benda] tumpul, karena kompresi tulang kepala di daerah parietal kanan yang sebabkan pendarahan intrakranial (di dalam tengkorak). Saat ini pasien dirawat di ICU, kondisi stabil," tuturnya.
Pihak Rumah Sakit sebelumnya memberikan pengelompokan terhadap kondisi dari 90 pasien yang dirawat. Dari jumlah itu, 74 dikategorikan dengan warna hijau yang berarti dalam kondisi stabil dan dapat dipulangkan, 14 orang lainnya diberi warna kuning dan memerlukan observasi, dan 2 sisanya dikategorikan dengan warna merah yang memerlukan observasi ketat.
Selain itu, RSPP belum dapat memberikan informasi mengenai ketiga korban yang sedang menjalani perawatan inap di RSPP hingga kini. Namun, dua diantaranya berumur 20 tahun, dan yang lainnya berumur 19 tahun.
Pihak rumah sakit memastikan ketiga korban saat ini dalam keadaan sadar, meskipun masih memerlukan observasi lebih lanjut di ruang intensif.
"Pasien dalam keadaan sadar penuh. Memang pada pendarahan intrakranial, jelas membutuhkan observasi di ruang intensif, karena pendarahan itu bisa berlanjut dan bisa mempengaruhi kondisi vital pasien seperti tekanan darah, denyut jantung dan lain-lain," jelas pihak rumah sakit.
Pihaknya sendiri belum mengetahui penyebab pendarahan di kepala yang diderita korban itu.
 Polisi memukuli mahasiswa saat terjadi bentrok di depan kantor DPRD Sulsel, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (24/9). ( ANTARA FOTO/Abriawan Abhe) |
"Kami tidak bisa kita tentukan [penyebabnya], ini hanya trauma tumpul bukan trauma tajam begitu ya," jelasnya.
Ia menerangkan korban mulai dilarikan ke UGD RSPP sejak pukul 16.30 WIB. Sejak itu, korban terus berdatangan dari pukul 17.00 WIB hingga pukul 01.00 WIB keesokan harinya.
RSPP juga menegaskan bahwa biaya pengobatan dari seluruh pasien yang menjadi korban unjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR kemarin ditanggung oleh Dinas Kesehatan sepenuhnya.
Di tempat yang sama, Kabid Humas RSPP Agus W Susetyo mengatakan pihak rumah sakit tidak dapat memastikan kebenaran soal kabar jatuhnya korban penembakan saat aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR/MPR kemarin.
"Untuk kabar mahasiswa ditembak kami tidak bisa menyampaikan kebenarannya karena kita enggak tahu kejadiannya
ketembak atau kena benturan pukul," kata Agus kepada wartawan di RSPP, Rabu (25/9).
Menurutnya, RSPP tidak menemukan bukti luka yang diakibatkan oleh peluru.
"Kami tidak bisa menyampaikan apapun terkait luka tembak, [karena] tidak ada hasil pemeriksaan yang bisa disimpulkan luka tembak," imbuh Agus.
[Gambas:Video CNN] (mjo/arh)