Jakarta, CNN Indonesia --
Polda Sulawesi Tenggara membentuk tim gabungan untuk mengusut tewasnya seorang
mahasiswa Universitas Haluoleo bernama Immawan Randi (21) saat demonstrasi di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kota Kendari, Kamis (26/9).
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt menyatakan Kapolda Sultra telah memerintahkan jajarannya membentuk tim gabungan. Hal tersebut sebagai solusi penolakan autopsi dari pihak keluarga Randi.
"Kita tetap melakukan penyelidikan terhadap hal ini karena Kapolda sudah membentuk tim gabungan," ujarnya saat dihubungi
CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan informasi, autopsi akan dilakukan oleh sejumlah dokter yang tergabung dalam tim dokter Rumah Sakit Abunawas, tim dokter Rumah Sakit Bhayangkara, dan tim dokter Rumah Sakit Korem.
Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto mengatakan keluarga Randi menolak autopsi dilakukan dokter dari kepolisian.
"Keluarga tidak mau autopsi dari Bhayangkara," ujar Sunanto kepada program Breaking News CNNIndonesia TVlewat sambungan telepon, Kamis (26/9) malam.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua IMM Sulawesi Tenggara Marsono membenarkan apa yang disampaikan Sunanto soal penolakan keluarga Randi.
"Kami sudah komunikasi dengan keluarga. Pihak keluarga tak mau autopsi di RS Bhayangkara karena khawatir nanti indepedensinya tidak steril," kata Marsono saat dihubungi
CNNIndonesia.com.
Randi merupakan mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Halu Oleo yang mengikuti aksi mahasiswa di Kendari menolak pengesahan RKUHP dan RUU kontroversial lain, serta batalkan revisi UU KPK.
Randi berada di tengah massa aksi di samping Gedung DPRD Sultra tiba-tiba terjatuh. Ia pun langsung dilarikan rekan-rekannya ke Rumah Sakit Korem karena jaraknya lebih dekat dari lokasi kejadian.
Namun dalam perjalanan, nyawa korban tak bisa diselamatkan. Dari RS Korem, lalu jasad dibawa ke RSUD Abunawas.
[Gambas:Video CNN] (gst/pmg)