Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Menteri Agama (
Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi menegaskan tidak ada sanksi bagi
majelis taklim yang tidak mendaftar secara resmi ke Kemenag. Pernyataan itu merespons perdebatan yang muncul usai penerbitan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 29 Tahun 2019 tentang Majelis Taklim yang diterbitkan pada 13 November 2019.
Zainut menjelaskan PMA itu mengatakan pendataan majelis taklim tidak wajib. Aturan itu hanya mengatur pendataan majelis taklim untuk kepentingan administratif.
"Dalam pasal 6, sengaja kita gunakan diksi 'harus', bukan 'wajib' karena kata harus sifatnya lebih ke administratif, sedangkan kalau 'wajib' berdampak sanksi. Jadi tidak ada sanksi bagi majelis taklim yang tidak mau mendaftar," kata Zainut dalam keterangan tertulis, Selasa (3/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zainut menyampaikan PMA tersebut jadi payung hukum untuk Kemenag melakukan pembinaan dan bantuan terhadap majelis taklim. Selain itu, PMA tersebut memudahkan Kemenag membuat basis data majelis taklim untuk koordinasi dan pembinaan.
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu memberi contoh pembinaan yang akan diberikan berupa penyuluhan dan pembekalan materi dakwah, penguatan manajemen dan organisasi, peningkatan kompetensi pengurus, serta pemberdayaan jamaah dan lain sebagainya. Selain itu majelis taklim yang terdaftar bisa menerima bantuan dana dari APBN.
"PMA ini lebih ke arah memberikan fasilitasi dan untuk memudahkan koordinasi dalam pembinaan majelis taklim. Bukan bentuk intervensi negara dalam pengertian negatif, tetapi justru untuk menguatkan peran, fungsi, dan keberadaan majelis taklim," ucap dia.
Selain itu, kata Zainut, PMA Majelis Taklim juga bisa jadi acuan bagi masyarakat yang hendak mendirikan majelis taklim. Dia bilang masyarakat bisa mengetahui tata cara untuk membentuk majelis taklim dengan melihat poin-poin PMA tersebut.
[Gambas:Video CNN]"Masyarakat diminta untuk tidak perlu resah dengan adanya PMA tentang Majelis Taklim karena semangat dari PMA ini adalah untuk memfasilitasi layanan publik dan pengaturan database registrasi Kemenag," tuturnya.
Sebelumnya, Kemenag menerbitkan aturan pendataan majelis taklim lewat Peraturan Menteri Agama Nomor 29 Tahun 2019 tentang Majelis Taklim. Pasal 6 ayat (1) regulasi itu mengatur majelis taklim harus terdaftar di Kemenag.
Pasal 9 dan Pasal 10 mengatur setiap majelis taklim harus memiliki surat keterangan terdaftar (SKT) yang berlaku lima tahun. Sementara Pasal 19 menyatakan majelis taklim harus melaporkan kegiatan selama satu tahun paling lambat 10 Januari setiap tahunnya.
(dhf/ain)