Jakarta, CNN Indonesia -- PT Angkasa Pura I
Bandara Adi Soemarmo Surakarta belum dapat memastikan batas waktu penutupan penerbangan rute China-Solo sebagai bagian dari waspada
virus corona.
"Dari sana [China] tidak bawa [penumpang] lagi untuk sementara waktu. Hanya ada satu penerbangan lagi untuk mengembalikan penumpang
China yang masih ada di sini," kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Adi Soemarmo, Abdullah Usman di Solo, Senin (27/1).
Abdullah mengatakan penutupan penerbangan rute Solo-Kunming, China akan menunggu situasi dari wabah virus Corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walaupun sebetulnya jarak antara Kunming dengan Wuhan jauh, tetapi tetap kami tutup dulu," katanya.
Wuhan adalah kota pertama terjadinya wabah virus Corona di China. Wuhan yang berada di Provinsi Hubei itu telah diisolasi pemerintah China. Per Jumat (24/1) ada 11 kota yang diisolasi pemerintah China.
Abdullah berharap kondisi wabah virus corona segera mereda sehingga penerbangan Solo-China bisa kembali dibuka. Apalagi, kata dia, pasar tersebut cukup potensial untuk dikembangkan.
"Kalau rata-rata penerbangan ini membawa sekitar 180 penumpang per minggu. Jadi sebetulnya pasarnya cukup baik," katanya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) Jawa Tengah Daryono mengusulkan kepada pemerintah melalui instansi terkait agar memperketat, bahkan menutup akses pariwisata dari China akibat wabah corona.
Upaya lain, dikatakannya, Asita juga sudah berkoordinasi dengan otoritas Bandara Internasional Adi Soemarmo untuk mengusulkan alat thermoscanner yang dipasang di Bandara Adi Soemarmo tepatnya terminal kedatangan penerbangan internasional ditambah sehingga pemeriksaan bisa makin intensif.
Pengawasan PemerintahSementara itu, secara terpisah, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan pihak pemerintah terus berupaya melakukan pengawasan dan antisipasi terhadap masuknya virus corona ke Indonesia. Namun ia mengakui hal itu bukanlah sesuatu yang mudah.
"Saya kira di semua bandara kita, terutama yang berhubungan dengan penerbangan dari dan ke Tiongkok sudah kita lakukan tapi sekali lagi ini bukan sesuatu yang mudah," kata Jokowi usai meninjau proyek kapal selam di PT PAL Indonesia (Persero).
Hal itu, kata Jokowi, suhu panas tubuh yang menjadi salah satu indikasi bahwa seseorang terjangkit corona. Namun, bisa saja tak terdeteksi thermal scanner, jika masih masa inkubasi.
"Ini bukan sesuatu yang mudah karena pada masa inkubasi itu panas kadang-kadang tidak bisa terdeteksi dengan scanner yang kita miliki, semua negara juga mengalami hal yang sama. Yang paling penting hati-hati, waspada, terhadap gejala yang ada," katanya.
 Presiden RI Joko Widodo. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan) |
Alat Pelindung
Selain pencegahan di pintu kedatangan bandara maupun pelabuhan, upaya medis pun perlu diperkuat di fasilitas-fasilitas kesehatan. Hal tersebut pun ditegaskan pihak Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung yang menangani suspect pasien virus corona.
Direktur Medik RSHS Bandung Nucki Nursjamsi menyatakan tim penanganan infeksi khusus pihak rumah sakit milik pemerintah ini menggunakan alat pelindung diri (APD) yang lengkap dan terstandarisasi.
"Kita menginstruksikan semua petugas di IGD yang kontak dengan pasien pakai masker sampai terbukti bahwa dua pasien yang kemarin masuk itu negatif," kata Nucki di Bandung, Senin.
Sebelumnya, RSHS Bandung kedatangan dua pasien dengan gejala yang diduga mirip pasien terinfeksi virus corona. Pasien pertama merupakan WNA asal China yang dirujuk dari salah satu rumah sakit swasta di Bandung.
Sedangkan pasien kedua merupakan WNI yang juga dirujuk dari rumah sakit lain. Hasil observasi tim infeksi khusus RSHS menyebutkan kedua pasien didiagnosa mengalami infeksi pernapasan akut.
Untuk kedua pasien tersebut, RSHS mengirimkan sampel virus ke Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan di Jakarta.
"Sekarang kita tinggal tunggu hasil lab-nya. Sampel sudah dikirim ke Jakarta untuk cek lab," kata Nucki.
[Gambas:Video CNN]Nucki menjelaskan ada miskomunikasi saat pasien pertama yang berasal dari China saat dirujuk dari rumah sakit lain. Di mana pihak rumah sakit tersebut tidak memberitahukan terlebih dulu kepada RSHS Bandung.
Pasien tersebut pun langsung dirujuk ke RSHS sementara petugas IGD tidak mengetahui kondisi kedatangan pasien. Hal itu tak sesuai dengan standar operasional pengiriman pasien infeksi khusus.
"Jadi pasien pertama yang sudah masuk ke Hasan Sadikin itu tidak melalui sis rute. Pasien tiba-tiba dikirim dan itu menyalahi SOP pengiriman sehingga ada risiko yang menangani waktu pasien datang kemungkinan untuk terpapar," ujarnya.
Untuk itu, Nucki mengatakan pihaknya akan memonitor petugas yang kontak langsung dengan pasien WNA tersebut.
"Monitoringnya seperti hanya masuk ke kriteria
close physical contact. Jadi masuk dalam dua minggu dia tidak terjadi gejala-gejala flu
light sindrom atau diare, maka dinyatakan aman," ucapnya terkait pengawasan terhadap tenaga kesehatan yang menerima pasien pertama suspect virus corona.
(antara, frd, hyg/kid)