Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Hukum dan HAM
Yasonna Laoly membentuk tim untuk menyelidiki kesalahan informasi ihwal kepulangan tersangka KPK
Harun Masiku dari Singapura ke Indonesia. Pembentukan tim juga disertai dengan pencopotan
Ronny Sompie dari jabatan Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM.
Yasonna mengatakan tim tersebut bakal melibatkan
cyber crime Mabes Polri, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ombudsman RI serta Badan Sandi dan Siber Negara (BSSN). Yasonna belum membeberkan jumlah anggota dalam tim tersebut.
"Maka saya katakan tim
cyber crime dari Polri. Tim Kemenkominfo yang sangat ahli di situ. Tim BSSN, dan Ombudsman lembaga pengawas birokrasi supaya betul-betul independen," tutur Yasonna di di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (28/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masalah bermula ketika Ditjen Imigrasi salah memberikan informasi. Mulanya, KPK menetapkan Harun Masiku sebagai tersangka kasus suap pada 9 Januari dan meminta agar Harun menyerahkan diri.
Ditjen Imigrasi lalu menyatakan bahwa Harun pergi ke Singapura sejak 6 Januari dan pulang ke Indonesia. Namun, berdasarkan informasi yang beredar di media massa dan media sosial, Harun sudah pulang ke Indonesia sejak 7 Januari.
Istri Harun pun mengaku mendapat pesan singkat dari Harun yang mengaku telah di Jakarta pada 7 Januari. Dia melintas Terminal 2 Bandara Soetta.
Baru pada 22 Januari, Dirjen Imigrasi Ronny Sompie menyatakan bahwa Harun memang telah berada di Indonesia. Dia mengakui ada keterlambatan data yang masuk tentang kedatangan penumpang di Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta.
Akibat keterlambatan itu, Ditjen Imigrasi keliru menyampaikan informasi. Berkenaan dengan itu, Yasonna ingin agar ada penyelidikan secara mendalam mengapa terjadi keterlambatan.
"Melacak mengapa ini terjadi
delay, mengapa data tersimpan di PC bandara F terminal 2. Kalau yang bandara 3 kan beres makanya enggak ada masalah. Tapi terminal 2 ini ada
delay," ucap Yasonna.
Yasonna menjelaskan bahwa pernah dilakukan perubahan sistem informasi manajemen keimigrasian (SIMKIM). Dari SIMKIM 1 ke SIMKIM 2.
Saat perubahan proses dilakukan, kata Yasonna, data dari Terminal 2 Bandara Soetta tidak lagi mengalir ke pusat. Itu dilakukan agar hasil pelatihan staf tidak masuk pula ke data milik pusat.
Yasonna lantas mempertanyakan mengapa data dari Terminal 2 Bandara Soetta tidak lagi mengalir ke pusat meski pelatihan staf sudah selesai dilakukan. Dia seolah gusar karena berakibat pada keterlambatan proses pengiriman data atau
delay."Tetapi, kenapa selesai itu enggak dibuka lagi ekses itu," imbuhnya.
[Gambas:Video CNN] (psp/bmw)