Jakarta, CNN Indonesia -- Aspal jalan di
Tanjung Priok berakhir di
Kampung Bingung. Di permukiman itu, kebanyakan jalan-jalannya masih berlapis tanah.
Warna tanah di Kampung Bingung kehitam-hitaman, berhias sampah plastik yang berasal dari jajanan murahan. Pada beberapa sudut, sampah-sampah murahan bertumpuk meruap bau tak sedap.
Kampung Bingung bersembunyi di kolong Tol Wiyoto Wiyono, RT 10 RW 08, Kelurahan Papanggo. Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar 15 menit jika berkendara motor dari Jalan R.E Martadinata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asumsi jarak tempuh belasan menit itu hanya berlaku bagi orang yang sudah mengenal wilayah Priok. Sebaliknya, yang baru pertama menuju Kampung Bingung, jarak tempuh bisa mencapai puluhan menit.
Orang butuh bertanya lebih dari satu kali untuk memastikan jalan yang benar menuju Kampung Bingung. Mengandalkan Google, percuma. Kampung Bingung belum terpetakan dalam aplikasi Google map.
Lapak-lapak semi permanen yang berdiri acak tepat di bawah lindungan badan tol, menyambut
CNNIndonesia.com ketika mengunjungi Kampung Bingung pada Kamis (23/1) lalu.
Beberapa meter dari kolong tol, rumah-rumah berjejalan. Sebagian bertembok bata, tapi tak sedikit yang hanya bermodal seng karatan dan beratap asbes. Satu-dua kaso jemuran yang dipancang ke tanah, berdiri tegak memakan ruas jalan.
 Kampung Bingung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNN Indonesia/Yogi Anugrah) |
Kampung Bingung yang berada di bawah jalan tol dengan impitan rumah berjumlah ratusan membuat sinar matahari harus berkompromi. Hawa di sana panas, tetapi lembab. Orang Jawa menyebutnya
sumuk, membuat keringat tak henti berceceran.
Kekumuhan memang terlihat vulgar di Kampung Bingung. Mungkin, gambaran seperti itulah yang ada di kepala Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly ketika membandingkan Tanjung Priok dengan kawasan Menteng.
Yasonna, saat memberi pengarahan di Lapas Narkotika Kelas IIA Jatinegara, mencontohkan dua anak yang lahir dan besar di dua daerah berbeda, yakni Menteng dan Tanjung Priok.
Ia meyakini anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan sering terjadi tindak kriminal akan melakukan hal serupa di masa depan.
"Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," kata Yasonna, beberapa waktu lalu.
[Gambas:Video CNN]Ucapannya berbuntut panjang. Warga Tanjung Priok merespons dengan menggeruduk Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Rabu (22/1) pagi. Mereka menuntut Yasonna Laoly untuk meminta maaf atas ucapannya.
Maaf pun sudah terlontar dari mulut Yasonna. Dan memang, ucapan Yasonna tak sepenuhnya benar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2019 mencatat bahwa Priok tak melulu tentang kekumuhan, kemiskinan, dan kriminalitas.
Terkait kerawanan, misalnya, ucapan Yasonna tersebut bisa dimentahkan bila merujuk Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban BPS DKI Jakarta.
Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban merupakan indeks parsial yang dibangun dari tiga unsur pembentuk, yaitu indeks ketidakberadaan petugas keamanan, tindak pidana, dan tawuran. Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak tindak pidana yang terjadi.
Berdasarkan data BPS, Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban di Kelurahan Menteng sebesar 16,85 persen. Angka ini lebih tinggi dari semua Kelurahan yang berada di Kecamatan Tanjung Priok.
Masing-masing, Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban di Kelurahan Tanjung Priok adalah 12,83 persen, di Kelurahan Sunter Jaya 12,72 persen, di Kelurahan Warakas 12,59 persen, di Kelurahan Kebon Bawang 12,42 persen, Kelurahan Sungai Bambu 12,83 persen, Kelurahan Papanggo 12,57 persen, dan Kelurahan Sunter Agung 12,98 persen.
Dari segi kesejahteraan, Tanjung Priok juga tak semiskin bayangan Yasonna. Anggota DPR RI yang tinggal di kawasan Tanjung Priok, Ahmad Sahroni, mengatakan perekonomian Priok telah meningkat, terutama di sektor properti.
Sahroni adalah anak asli Priok yang dikenal publik dengan julukan
crazy rich Tanjung Priok. Merujuk data BPS, Sahroni menuturkan Kecamatan Tanjung Priok saat ini memiliki tujuh komplek apartemen dan 18 kawasan elite.
Priok hanya kalah dari kecamatan Kelapa Gading yang memiliki 10 kompleks apartemen dan 45 kawasan elite serta Kecamatan Penjaringan yang memiliki 17 komplek Apartemen dan 61 kawasan elite.
Data BPS dari Roni tak jauh berbeda dengan penelusuran
CNNIndonesia.com di situs BPS. Kecamatan Tanjung Priok memang memiliki tujuh Apartemen yang terletak di Kelurahan Sunter Agung, Sunter Jaya dan Papanggo.
Kecamatan Tanjung Priok juga punya fasilitas olahraga dan berbagai fasilitas kesehatan yang mudah diakses masyarakat.
Gambaran perekonomian Priok versi BPS bahkan tersaji nyata di sejumlah lokasi. Salah satunya di perumahan Sunter Mediterania Raya, Papango, yang berlokasi tak jauh dari monumen kemiskinan di Kampung Kumuh.
 Warga Tanjung Priok menggelar demonstrasi di Kantor Kemenkumham, Jakarta, Rabu (22/1). (CNN Indonesia/ Safir Makki: CNN Indonesia/ Safir Makki) |
Dalam kompleks Sunter Mediterania Raya, rumah-rumah tinggi yang disangga pilar-pilar besar berdiri berjejer dengan anggun. Sesekali mobil-mobil keluaran terbaru silih berganti keluar masuk gerbang perumahan yang dijaga satpam.
Jalan kompleks dilapis aspal mulus, tanpa sampah jajanan murahan bertebaran seperti di Kampung Bingung.
Suasana perumahan pun relatif tenang. Bertolak belakang dengan kehidupan warga di Kampung Bingung yang setiap hari mendengar deru mesin atau pekik klakson truk kontainer yang melintas di atas rumah mereka.
Warga Kampung Bingung sendiri sebenarnya tak terganggu dengan deru mesin dan klakson sumbang truk kontainer. Toh, mereka tetap bisa menikmati sore yang lembab di depan teras rumah mereka, sambil bercengkerama dengan tetangga. Seperti dilakukan Rawi, 50 tahun, pada Kamis sore.
"Waktu saya pindah ke sini, kalau tidak salah tolnya lagi dalam proses pembangunan. Alhamdulillah nyaman-nyaman aja meski begini," kata Rawi kepada
CNNIndonesia.com.
 Suasana di Kampung Bingung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNN Indonesia/Yogi Anugrah) |
Rawi juga tak ambil pusing dengan citra kumuh Kampung Bingung. Akan tetapi, warga tak bisa menyangkal rasa cemas terhadap masa depan rumah mereka.
Sebagian warga yang tinggal di kolong tol merasa khawatir, sebab mereka menempati tanah negara. Sewaktu-waktu, tanah mereka bisa diambilalih negara.
Siti Saibah, 55 tahun, bahkan sudah mendengar kabar pembangunan proyek pemerintah di Kampung Bingung. Desas-desusnya, kata Saibah, proyek pembangunan akan dimulai pada 2021.
Saibah tak tahu proyek apa yang akan dibangun di Kampung Bingung. Namun, bayangan rumah tergusur sudah menari-nari di benak Saibah.
"
Udah ada rapat dengan dengan warga, ya mau gak mau, ini kan pemerintah punya," ujar Saibah.
Dua kontras kehidupan di Tanjung Priok adalah fakta yang tersaji hari ini. Para kritikus ekonomi menyebutnya dengan nama ketimpangan.
Sedikit banyak, kontras kehidupan itu juga mencerminkan distribusi kesejahteraan di Indonesia. Sesuatu yang tak dilihat oleh Menteri Yasonna ataupun
crazy rich Tanjung Priok.