Kampung Bingung di Tanjung Priok dan Mulut Panas Yasonna

Yogi Anugrah | CNN Indonesia
Minggu, 26 Jan 2020 15:52 WIB
Kampung Bingung berlindung di bawah kolong tol Wiyoto Wiyono, Tanjung Priok. Kecemasan bakal digusur dan ketimpangan menjadi keseharian mereka.
Permukiman warga di Kampung Bingung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNN Indonesia/Yogi Anugrah)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aspal jalan di Tanjung Priok berakhir di Kampung Bingung. Di permukiman itu, kebanyakan jalan-jalannya masih berlapis tanah.

Warna tanah di Kampung Bingung kehitam-hitaman, berhias sampah plastik yang berasal dari jajanan murahan. Pada beberapa sudut, sampah-sampah murahan bertumpuk meruap bau tak sedap. 

Kampung Bingung bersembunyi di kolong Tol Wiyoto Wiyono, RT 10 RW 08, Kelurahan Papanggo. Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar 15 menit jika berkendara motor dari Jalan R.E Martadinata.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asumsi jarak tempuh belasan menit itu hanya berlaku bagi orang yang sudah mengenal wilayah Priok. Sebaliknya, yang baru pertama menuju Kampung Bingung, jarak tempuh bisa mencapai puluhan menit.
Orang butuh bertanya lebih dari satu kali untuk memastikan jalan yang benar menuju Kampung Bingung. Mengandalkan Google, percuma. Kampung Bingung belum terpetakan dalam aplikasi Google map.

Lapak-lapak semi permanen yang berdiri acak tepat di bawah lindungan badan tol, menyambut CNNIndonesia.com ketika mengunjungi Kampung Bingung pada Kamis (23/1) lalu.  

Beberapa meter dari kolong tol, rumah-rumah berjejalan. Sebagian bertembok bata, tapi tak sedikit yang hanya bermodal seng karatan dan beratap asbes. Satu-dua kaso jemuran yang dipancang ke tanah, berdiri tegak memakan ruas jalan.

Melacak Bual Yasonna dan Crazy Rich Priok di Kampung BingungKampung Bingung, Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNN Indonesia/Yogi Anugrah)
Kampung Bingung yang berada di bawah jalan tol dengan impitan rumah berjumlah ratusan membuat sinar matahari harus berkompromi. Hawa di sana panas, tetapi lembab. Orang Jawa menyebutnya sumuk, membuat keringat tak henti berceceran.
Kekumuhan memang terlihat vulgar di Kampung Bingung. Mungkin, gambaran seperti itulah yang ada di kepala Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly ketika membandingkan Tanjung Priok dengan kawasan Menteng.  

Yasonna, saat memberi pengarahan di Lapas Narkotika Kelas IIA Jatinegara, mencontohkan dua anak yang lahir dan besar di dua daerah berbeda, yakni Menteng dan Tanjung Priok.

Ia meyakini anak yang lahir dari kawasan Tanjung Priok yang terkenal keras dan sering terjadi tindak kriminal akan melakukan hal serupa di masa depan.

"Yang membuat itu menjadi besar adalah penyakit sosial yang ada. Itu sebabnya kejahatan lebih banyak terjadi di daerah-daerah miskin. Slum areas (daerah kumuh), bukan di Menteng. Anak-anak Menteng tidak, tapi coba pergi ke Tanjung Priok. Di situ ada kriminal, lahir dari kemiskinan," kata Yasonna, beberapa waktu lalu.

[Gambas:Video CNN]
Ucapannya berbuntut panjang. Warga Tanjung Priok merespons dengan menggeruduk Kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Rabu (22/1) pagi. Mereka menuntut Yasonna Laoly untuk meminta maaf atas ucapannya.

Maaf pun sudah terlontar dari mulut Yasonna. Dan memang, ucapan Yasonna tak sepenuhnya benar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta 2019 mencatat bahwa Priok tak melulu tentang kekumuhan, kemiskinan, dan kriminalitas.

Terkait kerawanan, misalnya, ucapan Yasonna tersebut bisa dimentahkan bila merujuk Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban BPS DKI Jakarta.

Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban merupakan indeks parsial yang dibangun dari tiga unsur pembentuk, yaitu indeks ketidakberadaan petugas keamanan, tindak pidana, dan tawuran. Semakin tinggi nilai indeks, semakin banyak tindak pidana yang terjadi.

Berdasarkan data BPS, Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban di Kelurahan Menteng sebesar 16,85 persen. Angka ini lebih tinggi dari semua Kelurahan yang berada di Kecamatan Tanjung Priok.

Masing-masing, Indeks Rawan Keamanan dan Ketertiban di Kelurahan Tanjung Priok adalah 12,83 persen, di Kelurahan Sunter Jaya 12,72 persen, di Kelurahan Warakas 12,59 persen, di Kelurahan Kebon Bawang 12,42 persen, Kelurahan Sungai Bambu 12,83 persen, Kelurahan Papanggo 12,57 persen, dan Kelurahan Sunter Agung 12,98 persen.

Mematahkan Argumen Yasonna

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER