Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam)
Mahfud MD mengaku belum memikirkan untuk mengevakuasi 243 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di daerah karantina Hubei,
China akibat virus
corona. Mahfud mengatakan, lagipula di sisi lain belum ada negara lain yang melakukan langkah serupa kepada warga negaranya.
"Belum, belum dipikirkan, karena belum ada negara lain pun yang evakuasi," kata Mahfud di Gedung Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (28/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mahfud bahkan menyebut Jepang, sebagai salah satu negara yang sebelumnya mengatakan bakal mengevakuasi, namun belum juga dilaksanakan. Mahfud juga menyebut belum ada tindakan-tindakan darurat yang perlu dilakukan dalam menghadapi virus corona yang kini diduga telah memakan korban jiwa lebih dari 100 orang tersebut.
"Karena ndak ada indikasi darurat itu sekarang. Itu ada tahapnya, tahap satu dua tiga, ini kita mulai di satu dulu antisipasi, menghalau apa sambil menyiapkan rumah sakit tertentu, memeriksa orang datang," kata Mahfud.
Dia juga meminta seluruh masyarakat bersikap tenang dalam menghadapi virus corona. Apalagi, kata dia, di Indonesia hingga saat ini dipastikan belum ada satupun yang positif terjangkit wabah tersebut.
"Semua yang berita-berita tidak, tidak benar bahwa itu corona, tidak benar bahwa orang harus diperiksa karena demam dan macam-macam, tapi belum ada indikasi corona, jadi untuk Indonesia secara wilayah aman," kata dia.
[Gambas:Video CNN]Unesa Berharap Negoisasi
Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Nurhasan mengatakan pihaknya bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di China tengah berupaya melakukan negoisasi pemulangan mahasiswa dari Wuhan.
"Kami (Unesa) dan KBRI sudah rapat terbatas untuk menyiapkan membuat formula yang baik (untuk) pemulangan," katanya di Surabaya, Selasa (28/1)
Nurhasan mengatakan saat ini negoisasi pemulangan tersebut masih dalam bahasan formulasi secara teknis. Hal itu bertujuan untuk menghindari terjadinya penularan justru saat proses pemulangan.
"Jangan sampai proses pemulangan justru berdampak mereka tertular. Karena penularan virus corona masih dalam kajian," kata dia.
Sayangnya, kata Nurhasan, proses negoisasi pemulangan ini masih terganjal kebijakan Pemerintahan China yang belum memberikan izin bagi para mahasiswa untuk keluar Kota Wuhan. Hal itu juga menyusul adanya perintah isolasi, serta ditutupnya akses keluar masuk Kota yang disebut menjadi sumber utama penyebaran virus corona.
Nurhasan mengaku pihaknya telah mentransfer sejumlah uang untuk mendukung kebutuhan para mahasiswanya yang tengah tertahan di sana. Ia menyebut dengan uang tersebut mahasiswa bisa membeli bahan makanan yang bergizi, meski dengan harga yang melambung tinggi. Ia berpesan agar mahasiswa menghindari makanan-makanan instan.
"Mereka masih masak, beli bahan makanan sendiri seperti sayur dan kacang-kacangan. Harganya naik empat kali lipat, yang sebelumnya Rp20 ribu sekarang Rp80 ribu," katanya.
(tst/frd/ain)