Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (
PUPR) menyatakan
banjir di Jakarta pada Selasa (25/2) disebabkan karena kondisi drainase, bukan karena luapan air sungai.
Kasubdit Perencanaan Direktorat Sungai dan Pantai PUPR Bambang Heri Mulyono menyatakan pihaknya sudah melakukan pengecekan secara detail mengenai penyebab banjir tersebut.
"Banjir tanggal 25 Februari lalu yang disebabkan sungai itu hanya sekitar 35 persen dibandingkan banjir yang disebabkan oleh drainase itu lebih tinggi yakni sekitar 65 persen," kata Bambang di Kantor BNPB, Jumat (28/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bambang mengatakan indikasi ini tercatat dari kondisi air di Pintu Air Katulampa sangat rendah saat banjir, statusnya siaga empat.
"Artinya air dari Bogor itu rendah dan Manggarai yang siaga 1. Tercatat di kami jumlah titik banjir karena sungai 16 titik dan karena drainase sekitar 30 titik dari hasil sampel," jelas dia.
Hal serupa juga terjadi saat banjir pada 23 Februari lalu. Bambang mengatakan presentase banjir karena drainase sebesar 86,6 persen. Sementara penyebab banjir karena sungai hanya 13,4 persen. Kondisi ini, kata Bambang, berbeda dengan banjir pada 1 Januari lalu.
Banjir awal tahun menurut Bambang karena percampuran luapan sungai dan drainase dengan presentase masing-masing 50 persen.
Banjir di kawasan Jakarta Selatan pada 25 Februari 2020. (CNN Indonesia/Yogi Anugrah) |
"1 Januari status Bendugan Katulampa siaga 1 dan Manggarai siaga 1. Karenanya presentase banjir sungai dan banjir disebabkan drainase itu separuh-separuh," ujarnya.
Bambang menjelaskan konsep besar penanganan banjir yang ditawarkan PUPR dibagi dalam tiga jenis. Pertama, di hulu PUPR membuat air untuk lebih lama ditahan dengan memperhatikan kapasitas air dengan waduk dan kolam retensi.
"Di tengah ini kita perlu membuat sumur resapan. Kita bayangkan saja setiap rumah tangga bisa menahan air hujan sebanyak 1-2 meter kubik betapa banyak aliran tengah yang bisa tertahan," jelas dia.
Terakhir, konsep hilir yang dipersipakan oleh PUPR ialah dengan mempercepat laju air hingga ke laut. Cara untuk mempercepat laju air ialah dengan menggalakkan normalisasi dan dengan membangun sodetan.
"Pokoknya bagaimana upaya kita air dialirkan secara cepat ke laut. Dan sodetan serta kanal banjir dibangun dengan sistem normalisasi juga," katanya.
Jakarta kembali dilanda banjir pada 25 Februari lalu. Setidaknya, ada 294 RW yang terendam banjir serta perkiraan warga yang mengungsi saat itu ialah sebanyak 12 ribu warga. Kemarin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memastikan bahwa banjir telah kering, masyarakat bisa melanjutkan aktivitas dengan normal.
[Gambas:Video CNN] (ctr/pmg)