Nadiem Beri Rp595 M untuk Ormas yang Bantu Sekolah

CNN Indonesia
Rabu, 11 Mar 2020 01:22 WIB
Kemendikbud menganggarkan Rp595 miliar untuk program Organisasi Penggerak yakni program kolaborasi antara sekolah dan ormas.
Kemendikbud menganggarkan Rp595 miliar untuk program Organisasi Penggerak yakni program kolaborasi antara sekolah dan ormas. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Praptono mengaku pihaknya telah menerima 3.300 organisasi kemasyarakatan (Ormas) dan sekitar 12 ribu individu yang ingin mengikuti program Organisasi Penggerak.

Kata Praptono, ribuan ormas dan perorangan itu sudah antre meski baru sepekan pihaknya membuka pendaftaran program kolaborasi. Dari jumlah itu, Praptono mengaku pihaknya belum memutuskan berapa jumlah ormas yang nantinya akan mengikuti program Organisasi Penggerak setelah pendaftaran ditutup pada 16 April mendatang. 

"Nanti yang menentukan adalah berapa anggaran yang kita punya, yang mampu untuk memfasilitasi proposal yang diajukan oleh organisasi penggerak," kata Praptono di Gedung Graha Utama, Kemendikbud, Selasa (10/3). 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Organisasi Penggerak merupakan program kolaborasi antara sekolah dan ormas. Program ini melibatkan ormas secara masif untuk meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah. Program Organisasi Penggerak masih masuk dalam gagasan Mendikbud Nadiem Makarim soal Merdeka Belajar.


Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud Supriano menyatakan, terhadap ribuan proposal pendaftaran yang masuk itu, Kemendikbud nantinya akan melakukan seleksi dan penyaringan terhadap berkas pendaftaran yang diserahkan Ormas dan perorangan tersebut. 

Kata Supriano, proses seleksi nantinya akan dilakukan oleh tim independen. Tak ada campur tangan dari jajarannya untuk memutuskan siapa ormas atau pihak yang akan menjadi Organisasi Penggerak. 

"GTK hanya menerima hasil. Kita tidak ikut menentukan itu. Bener-bener independen. Menjaga transparansi. Jadi tidak ada, oh ini temennya Pak Ono. Karena ini independen. Dan siapa yang melakukan, tentunya orang yang memiliki kapabilitas yang baik," jelas Supriano.

Kemendikbud lewat program ini total mengucurkan anggaran hingga Rp595 miliar. Namun, Supriano menyatakan angka itu belum diputuskan dan masih dalam pembahasan di Badan Perencanaan Nasional (Bappenas).

Hingga 2022, program ini masuk dalam fase pertama untuk sekolah mulai tingkat pendidikan dini hingga sekolah menengah pertama (SMP). Pada tahap ini, Kemendikbud akan memberikan bantuan dana mulai Rp 1-20 miliar  yang dibagi dalam beberapa kategori kepada organisasi atau pihak yang diputuskan menerima bantuan.


"Besar bantuan yang akan diterima bervariasi, tergantung pada hasil evaluasi terhadap kapasitas Organisasi Kemasyarakatan dan kualitas rencana program peningkatan kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang akan dijalankan," kata dia. 

Supriano berharap program ini dapat menginisiasi lahirnya Sekolah Penggerak. Nantinya, lewat program ini, kata Supriano, sekolah dituntut untuk memiliki empat komponen, mulai dari kepala sekolah, gurus, siswa, hingga terciptanya komunitas penggerak di lingkungan sekolah. 

"Kemendikbud mendorong hadirnya ribuan Sekolah Penggerak yang akan menggerakkan sekolah lain di dalam ekosistemnya sehingga menjadi penggerak selanjutnya," pungkas Supriano.

[Gambas:Video CNN]

(thr/age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER