Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua II Gugus Tugas Covid-19 Sumut, Alwi Mujahit Hasibuan membantah isu pemecatan sepihak tenaga medis yang menangani kasus Covid-19 yang bertugas di Rumah Sakit GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa, Deli Serdang, Sumatera Utara.
Menurutnya perihal masalah dengan para relawan petugas medis ini bermula dari kamar hotel yang digunakan mereka. Mereka menolak untuk menggunakan satu kamar untuk dua orang.
"Bukan di PHK.
enggak ada soal PHK ini, tapi soal kamar hotel ini," tegas Alwi yang juga Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Sabtu (2/5/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alwi menduga ada yang memprovokator para tenaga medis. Bahkan belakangan masalah kamar penginapan itu dikait-kaitkan dengan isu pemecatan sepihak dan insentif para tenaga medis yang tidak dibayarkan.
"Jadi ini soal budget kita enggak cukup, mereka enggak maklum. Kemudian muncul di medsos, sudah sampai ke Presiden, nggak apa-apa, saya tanggung jawab. Saya mau efisiensi
budget, saya rasa semua orang setuju Rp1 miliar itu sebulan untuk kamar hotel aja enggak cocok. Ini uang negara, saya enggak boleh sewenang-wenang menggunakan uang ini," sebutnya.
Terkait insentif para tenaga medis yang disebut-sebut tidak dibayarkan, Alwi membantah. Menurut Alwi masalah tersebut sudah selesai. Para tenaga medis juga telah kembali menempati kamar penginapan dengan 1 kamar diisi dua orang.
"Sekarang sudah balik mereka di sana itu, dengan 1 kamar diisi dua orang. Jadi sudah selesai masalahnya, enggak ada soal PHK ini, tapi soal kamarnya ini. Semua sudah kembali ke kamar itu, kecuali provokator nya. Untuk insentif, karena belum sampe tanggal pembayarannya. Senin dibayar. Itu dikait-kaitkan semua supaya seram," ungkapnya.
Sebelumnya, tenaga medis yang bekerja membantu penanganan Covid-19 di Rumah Sakit GL Tobing PTPN II Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara dikabarkan telah diberhentikan secara sepihak dan belum mendapat gaji.
Kabar ini beredar luas di media sosial, salah satunya dari akun facebook bernama Joniar Nainggolan. Dalam akunya, Joniar menyebutkan tenaga medis dipaksa keluar dari tempat penginapan Hotel Travel Hub Kualanamu yang menjadi tempat penginapan bagi para tenaga medis yang membantu penanganan Covid-19.
"Berita Hari ini 02 Mei 2020 Dokter, Perawat, Medis COVID-19 RS GL TOBING MEDAN dipaksa keluar dari tempat penginapan Hotel Travel Hub Kualanamu jam 12 siang. Sampai hari ini telah bekerja satu bulan lebih, belum menerima gaji. Mohon Bapak Jokowidodo sebagai Presiden RI menindak lanjuti laporan ini," tulis pesan yang ditulis di dinding akun Facebook seorang petugas medis.
Alwi menjelaskan ketatnya anggaran pemerintah provinsi lantaran pandemi Virus Corona yang tak bisa diprediksi kapan berakhir.
Karena itu Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut harus melakukan efisiensi anggaran. Apalagi untuk penginapan para tenaga medis di Travel Hub Hotel Kualanamu, pihaknya harus merogoh kocek yang tidak sedikit.
Menurut Alwi, dalam dua pekan pertama anggaran yang harus dikeluarkan untuk membayar kamar yang dihuni para tenaga medis di sana sebesar Rp400 juta. Kemudian dua pekan kedua, pihaknya harus mengeluarkan dana Rp530 juta lantaran tenaga medis yang menjadi relawan Covid-19 menginap di sana juga bertambah.
Karena itulah, pihaknya lantas meminta para tenaga medis yang selama ini menginap di sana agar mengisi 1 kamar dua orang. Namun para tenaga medis menolak dan meminta 1 kamar hanya diisi 1 orang.
"Itu kan mereka tinggal di hotel 1 kamar diisi 1 orang. Pas tagihan hotel datang ke saya, saya harus bayar per dua minggu kedua sebesar Rp530 juta. Inikan harus saya efisienkan. Bajet kita terbatas, ini belum tau covid ini kapan selesainya. Saya minta lah orang itu (tenaga medis) dua orang satu kamar, mereka tak berkenan," ucap Alwi.
Para tenaga medis menurut Alwi, menolak 1 kamar hotel diisi dua orang. Ia mengaku sudah menjelaskan terkait minimnya anggaran. Karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan, Alwi meminta pengertian para tenaga medis.
"Yang keberatan tenaga medisnya
lah, bukan penginapannya. Ada sekitar 100 orang tenaga medis di sana. Saya sudah bilang, mohon lah kemaklumannya. mereka enggak mau. Alasan mereka (tenaga medis) karena janjinya dari awal 1 kamar 1 orang. Iya saya bilang, mungkin ada yang bilang begitu waktu pelatihan, tapi kondisi keuangan kita tidak memungkinkan," ucapnya.
Alwi mengaku kecewa. Sebab di masa Pandemi Corona saat ini, seharusnya para tenaga medis berkomitmen membantu penanganan Covid-19 dan memaklumi kondisi anggaran yang minim.
"Untuk biaya penginapan inikan enggak ada dianggarkan. Dana emergency semua ini. Terus saya bilang kalau memang kalian begitu (tenaga medis) berarti kalian tak berkenan lagi membantu kami, kami tak memaksa. Inilah kondisi kita. Mereka tetap ngotot juga, saya tutup lah kamarnya. Saya tak mau orang begini tak punya komitmen, kalau begitu untuk apa saya pakai," urainya.
Sementara itu, Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Sumut dr Aris Yudhariansyah mengatakan tenaga medis yang bekerja di RS GL Tobing merupakan relawan-relawan yang direkrut untuk membantu penanganan Covid-19.
"Yang ada adalah setiap bulan Rumah Sakit GL Tobing, rumah sakit rujukan provinsi Sumatera Utara itu memperbaharui sistem SDM-nya. Sehingga tidak membuat tenaga kesehatan bekerja di rumah sakit rujukan tidak hanya GL Tobing dan RS Martha Friska itu menjadi lebih lama bekerja di rumah sakit itu," sambungnya.
Terkait dengan gaji yang belum dibayar, dr Aris yang juga Sekretaris Dinas Kesehatan Sumut ini menjelaskan pembayaran gaji diatur dengan beberapa regulasi.
"Khusus untuk rumah sakit rujukan Martha Friska dan GL Tobing dalam waktu dekat akan kita bayarkan, saya ulang dalam waktu dekat segera kita bayarkan. Kita menyiapkan administrasi yang sesuai dengan Permenkes Edaran Keputusan Menkes No.0107 Menkes 278 tahun 2020. Itu sudah diatur intensif tenaga medis, dan juga (ada) SK Gubernur Sumut, jadi segera dibayarkan," paparnya.
(fnr/eks)
[Gambas:Video CNN]