Gugus Tugas Jatim Ragu Kurva Corona Turun Bulan Mei

CNN Indonesia
Kamis, 07 Mei 2020 22:05 WIB
Petugas melakukan pemeriksaan cepat COVID-19 (Rapid Test) kepada warga yang terjaring razia di Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur, Selasa (5/5/2020). Sejumlah orang yang melanggar pembatasan aktivitas malam hari itu menjalani rapid test COVID-19 serta pemeriksaan lebih lanjut setelah terjaring razia yang digelar oleh pihak kepolisian. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.
Ilustrasi penanganan untuk mencegah penyebaran virus corona. (ANTARA FOTO/Didik Suhartono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur belum bisa atau tidak memenuhi instruksi Presiden Joko Widodo untuk menurunkan kurva penyebaran virus corona pada Mei 2020 ini.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, Joni Wahyuhadi mengatakan untuk menekan kasus dengan cepat maka dibutuhkan kerja sama dari seluruh masyarakat.

Joni pun mengungkapkan teori bernama 'the hammer and the dance'. Artinya untuk menekan angka penularan Covid-19, perlu ada palu atau pukulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada istilah namanya the hammer and the dance. Jadi pada tempat [kurva] naik itu kita berupaya dengan cara hammer, ditutuki [dipalu]," kata dia di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (6/5).

Palu atau pukulan tersebut, kata Joni, adalah sebuah kiasan di mana semua pihak harus melakukan upaya menekan angka penularan. Yaitu dengan menaati aturan yang sudah ada seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

"Ditutuki itu sebetulnya dengan PSBB ini, jadi harus disiplin. Kuncinya itu physical distancing, pakai masker. Ini harus digalakkan betul, di pasar-pasar," ujarnya.

Insert Artikel Pembatasan Transportasi Saat PSBB
Namun, Joni melihat situasi di masyarakat masih banyak yang belum menaati aturan PSBB, seperti memakai masker dan menjaga jarak. Padahal pemerintah provinsi sudah terus menyampaikan aturan itu ke masyarakat.

Tak hanya itu, bahkan ketika di malam hari, ia menemukan masih banyaknya warga yang memanfaatkan sepinya jalan akibat adanya jam malam dengan bermain sepak bola.

Joni menilai masyarakat seperti tak menyadari bahaya virus Covid-19. Menurutnya virus yang pertama kali muncul di Wuhan, China, memiliki daya tular yang berbahaya, melebihi virus-virus lainnya.

"Karena ini (corona) sangat menular, jadi saya 30 tahun jadi dokter, tidak pernah melihat penyakit yang seperti ini. HIV, TBC, difteri itu penyakit menular, tapi tidak sangat menular seperti ini. Ini sangat menular," katanya.

Penurunan kurva, kata Joni, sulit terwujud jika masyarakat tak turut aktif melakukan hammer. Sebab penurunan angka penularan tak akan berjalan efektif jika tak dilakukan bersama-sama.

"Istilah hammer itu yang memukul kita semua, yang nutuki kita semua. Jadi kita para petugas negara ini, masyarakat, ayo nutuk bareng. Supaya melengkungnya (penurunan kurva) ini cepat," katanya.

Direktur RSUD dr Soetomo ini mengatakan jika kurva sudah turun, maka waktu 'the dance' akan tiba. Artinya penyebaran virus corona belum benar-benar hilang dan tak menutup kemungkinan kasus bisa kembali naik.

"Setelah melengkung ini ada dance namanya, gelombang," katanya

"Artinya pada saat turun nanti, jangan coba-coba mengurangi physical distancing, PHBS, dan pakai masker, karena masih dance. Setelah dance itu baru landai, itu salah satu teorinya."

Sementara itu, hingga hari ke sembilan penerapan PSBB di wilayah Surabaya Raya, kasus terinfeksi positif virus corona justru semakin meningkat.

Surabaya mengalami penambahan sebanyak 17 pasien hari ini sehingga total pasien mencapai 586 orang. Kemudian Sidoarjo ada tambahan 11 pasien hari ini dan jumlah kumulatif mencapai 140.

Sementara di Gresik, hari ini tercatat ada tambahan sebnahak 6 pasien. Maka total kasus positif Covid-19 di Kota Pudak ini menjadi 36 orang.

"Tentang kasus confirm, kalau kita lihat grafisnya di setiap daerah yang dilakukan PSBB memang belum menggembirakan," kata Joni.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo menyatakan target penurunan kasus infeksi virus corona (Covid-19) harus tercapai pada Mei 2020 dengan cara apapun.

Jokowi menilai jika pemerintah berhasil menekan jumlah kasus corona pada Mei, maka pada bulan Juli dan Juni jumlah kasus akan terus menurun.

"Target kita di bulan Mei ini harus betul-betul tercapai. Sesuai target yang kita berikan yaitu kurvanya sudah harus turun dan masuk posisi sedang di Juni, di Juli masuk posisi ringan. Dengan cara apapun," ujar Jokowi saat membuka Sidang Kabinet Paripurna Pagu Indikatif RAPBN 2021 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (6/5). (frd/jal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER