Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (
Menko PMK)
Muhadjir Effendy menyoroti fenomena umat masa kini yang menurutnya terjebak dalam pemberian label serta atribut keagamaan dalam berperilaku.
Dalam sebuah
talk show secara daring bertajuk 'SDM Unggul dan kebangkitan Ekonomi Umat', ia menyebut pemahaman yang didapatkan umat saat ini tidak didasari sikap kritis terhadap substansi permasalahan. Bahkan, umat cenderung pasrah bergantung pada atribut keagamaan. Salah satunya saat mengambil keputusan dalam berperilaku ekonomi.
"Menurut saya, perlu kita jernihkan dalam konteks ketika kita ingin membahas ekonomi umat, kita sering terperangkap label-label. Kayaknya sesuatu kalau sudah dikasih label dengan identitas tertentu dan itu dikaitkan dengan agama kita maka sudah sah," kata Muhadjir, Rabu (13/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam konteks ini, Muhadjir menyinggung perilaku ekonomi masyarakat khususnya umat beragama Islam yang sering percaya kepada produk, jasa ataupun hal lain yang berbau syar'i dan menanggalkan ihwal lainnya.
Menurutnya tingkat kepercayaan itu dapat melemahkan cara berpikir rasional karena umat tidak sepenuhnya tahu substansi dan bentuk kajiannya ternyata syar'i atau tidak. Hal tersebut menjadi hambatan umat Islam untuk maju, khususnya dalam perekonomian.
"Jadi kita selama ini terjebak dengan label dan atribut yang kadang justru membuat pemahaman kita tentang umat menjadi tidak inklusif dan menjadi sangat eksklusif, dan itu justru sebetulnya membawa kita masuk ke dalam gang-gang sempit, kemudian ketemunya dengan orang yang berpikiran sempit bahkan mungkin kumuh," jelasnya.
Menurut Muhadjir tren pelabelan umat ini sudah berjalan cukup jauh. Ia mencontohkan pemberian label pada barang seperti kulkas dengan sertifikasi halal. Menurutnya jika tujuan itu ditujukan untuk mayoritas suatu agama, upaya seperti itu harus segera dijernihkan.
"Kita juga melihat dalam kaitannya dengan ekonomi keuangan kita misalnya, kita harus lebih kritis menyikapi pelabelan seperti ini," kata eks Mendikbud itu.
Oleh karena itu, Muhadjir berpesan kepada masyarakat untuk menanggalkan atribut keagamaan dalam berpikir secara ekonomi agar tetap rasional dan tanpa dimabuk agama.
Ia mengharapkan pemuda Indonesia semangat menggeluti dunia bisnis tanpa melabeli dirinya dengan atribut keagamaan tertentu. Muhadjir menyebut banyak ilmu yang bisa diserap dari agama Islam tentang sektor ekonomi asal dibekali dengan ilmu yang cakap dan mumpuni.
"Jadi kita ekonomi umat tidak harus dilabeli dengan syariah atau tidak syariah, halal atau tidak halal, tetapi bagaimana, apakah kita dalam bergerak memang mengilhami semangat dengan Islam," pesannya.
(khr/sfr)
[Gambas:Video CNN]