Jakarta, CNN Indonesia -- Pendiri Indef Didik J Rachbini mengingatkan Presiden
Joko Widodo agar berhati-hati terhadap wacana
pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (
PSBB) di tengah pandemi
virus corona (Covid-19). Menurutnya, pemerintah harus belajar dari sejarah pandemi influenza yang pernah melanda berbagai negara termasuk Indonesia pada 1918.
"Presiden harus berhati-hati dan bertanggung jawab terhadap pelonggaran dan wacana pelonggaran yang sudah salah kaprah dan ditanggapi terserah saja oleh publik dan masyarakat luas. Ini sebagai pertanda tidak percaya dan pasrah pada keadaan," kata Didik dalam keterangan tertulis yang diterima
CNNIndonesia.com, Senin (19/5).
Dia mengingatkan sejarah pandemi influenza satu abad lalu banyak memakan korban hingga kisaran 20 persen dari penduduk dunia. Berdasarkan catatan disertasi Prof Widjojo Nitisastro tentang pandemi influenza, kata Didik, Indonesia pernah mengalami pandemi yang berat di masa lalu karena kurangnya sarana kesehatan kala itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, jika Jokowi dan pemerintah tidak berhati-hati maka pandemi kali ini bukan tidak mungkin memakan korban yang lebih banyak lagi dari kondisi sekarang dengan kurva yang terus meningkat.
Didik menilai kebijakan PSBB sejak awal dilakukan pemerintah dengan setengah hati dan hasilnya pun jauh dari sukses. Jika melihat fakta dan kurva yang terus meningkat, dia pun mempertanyakan atas dasar apa wacana pelonggaran akan dilakukan.
Menurutnya, baru wacana pelonggaran saja PSBB dilanggar secara massal di berbagai kota di Indonesia tanpa bisa diatur secara tertib oleh pemerintah.
"Keadaan ini terjadi karena pemerintah menjadi masalah kedua setelah masalah Covid-19 itu sendiri. Pemerintah tidak menjadi bagian dari solusi, tetapi masuk ke dalam menjadi bagian dari masalah," ujarnya.
Didik mengatakan wacana pelonggaran tanpa pertimbangan data yang cermat sama saja pemerintah menjerumuskan masyarakat pada kebijakan
herd immunity."Ini bisa dianggap sebagai kebijakan pemerintah menjerumuskan rakyatnya ke jurang kematian yang besar jumlahnya," kata Didik.
Akun Twitter Kawal Covid-19 juga mengingatkan pemerintah akan sejarah wabah influenza yang pernah melanda Indonesia pada 1918. Akun yang dibentuk atas insiatif warganet mengawal info Covid-19 ini menyerukan semua pihak agar tidak lengah, dan justru harus meningkatkan kewaspadaan.
"Belajar dari sejarah wabah Flu Spanyol yang melanda dunia seabad lalu, angka kematian terbesar terjadi pada gelombang kedua, setelah orang lelah berdiam di rumah pada gelombang pertama lalu keluar bergaul karena mereasa keadaan aman-aman saja," tulisnya.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo menegaskan sejauh ini belum ada pelonggaran PSBB. Namun ia mengakui skenario pelonggaran tersebut tengah dibahas. Ia juga bicara soal tatanan hidup baru atau
new normal di masa pandemi ini.
(pmg/pmg)
[Gambas:Video CNN]