Surabaya, CNN Indonesia -- Media sosial sempat diramaikan oleh cuitan akun Twitter @cakasana, milik seorang dokter bernama Aditya C Janottama yang berdinas di Rumah Sakit Royal Surabaya, soal 'boboroknya' penanganan
Virus Corona (Covid-19) di Surabaya. Namun, pihak
Pemkot Surabaya dan rumah sakit membantahnya.
Cuitan Aditya tersebut bermula dari unggahan utasnya pada Selasa (26/5) kemarin. Cuitan itu kemudian ramai mendapatkan respon publik.
"Oke kalau gitu kita mulai saja... SEBUAH UTAS tentang bobroknya penanganan COVID-19 di Surabaya," tulisnya akun @cakasana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, ia menyampaikan cuitan tentang rumah sakit - rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya yang satu sama lain berbeda kondisi dan fasilitasnya.
Kemudian, Aditya juga menulis cuitan yang salah satunya, berisi kritikan untuk Pemkot Surabaya. Ia pun mengunggah sebuah foto surat edaran tentang imbauan pemakaian APD di seluruh rumah sakit.
"Kita dapet edaran ginian. Tapi ga dibantu sama sekali dari pemkot. Dapetnya dari pemprov," tulis Aditya. "Eh lupa. Ada sih yang dikasih pemkot... Yaitu... TELOR REBUS SAMA WEDANG JAHE," tambahnya.
CNNIndonesia.com sendiri telah melakukan konfirmasi ke dr Aditya melalui pesan singkat dan panggilan telepon. Namun, yang bersangkutan menolak memberikan jawaban.
"Maaf mas, kalau wawancara saya rehat dulu ya. Maaf," kata Aditya, sembari mengirimkan potret dirinya sedang memakai alat pelindung diri (APD).
 Foto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi |
Menanggapi hal itu, Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya, M Fikser, membantah soal tudingan pihaknya tak memberikan bantuan APD terhadap rumah sakit di Kota Surabaya.
Selama ini pihaknya sudah memasok bantuan APD 82.651 buah kepada 50 rumah sakit rujukan dan non-rujukan serta Labkesda yang ada di Kota Surabaya.
"Total ada 82.651 baju APD yang diberikan kepada 63 puskesmas, 50 RS rujukan dan non rujukan serta Labkesda. Selain itu, kami juga bantu masker bedah, masker N95, Face Shield, sepatu
booth,
google, sarung tangan, ventilator, dan berbagai peralatan medis lainnya ke rumah sakit-rumah sakit itu," kata Fikser.
Fikser mengatakan bantuan APD dan berbagai peralatan medis itu diharapkan dipergunakan untuk tenaga medis saat bertugas. Soal teknis pembagian ke para tenaga medis, hal itu merupakan otoritas rumah sakit masing-masing.
"Tapi yang pasti, kami memiliki data semua APD yang diterima oleh pemkot, langsung hari itu juga didistribusikan ke rumah sakit-rumah sakit itu. Bahkan, Bu Wali Kota sendiri yang membaginya rata-rata sesuai kebutuhan dan kami ada bukti terimanya," ujarnya.
Fikser pun menyebut pihaknya terus transparan dalam menangani kasus penularan Corona.
"Selain itu, kami juga melakukan penanganan Covid-19 dengan melakukan
rapid test massal dan yang reaktif diajukan untuk melakukan tes swab. Ini semua kami buka karena kami tidak ingin seperti gunung es, kami buka tabir ini semuanya," kata dia.
Jika masih ada pihak yang masih tak puas dengan penanganan Corona yang dilakukan pihaknya, ia berharap yang bersangkutan bersedia langsung menyampaikan keluhannya ke Pemkot Surabaya.
 Foto: CNN Indonesia/Fajrian |
"Jadi, kami sangat menyayangkan kalau itu disampaikan di media sosial karena akhirnya akan menimbulkan persepsi atau pemahaman yang kliru di masyarakat. Kasihan yang terlibat di dalam penanganan ini begitu banyak orang, termasuk dari medis, teman-teman beliau juga," ujarnya.
Sementara itu, juru bicara RS Royal Surabaya dr Dewa Nyoman Sutanaya mengonfirmasi bahwa dr Aditya memang dokter yang bertugas di instalasi gawat darurat (IGD) pihaknya.
Soal cuitan Aditya, Dewa memastikan bahwa hal itu adalah informasi yang tidak benar dan menganggap peryataan tersebut adalah pendapat pribadi yang bersangkutan tanpa didukung data yang valid.
"Pihak Rumah Sakit Royal Surabaya tidak bertanggung jawab terhadap apapun yang menjadi pendapat atau pernyataan pribadi karyawan rumah sakit di media sosial maupun media lainnya," kata Dewa melalui keterangan tertulisnya.
Pihak RS Royal pun menyayangkan adanya insiden yang dilakukan oleh karyawannya tersebut di media sosial. Oleh karena itu, kata Dewa, pihak rumah sakit akan menindaklanjuti dengan melakukan investigasi kepada yang bersangkutan.
"Dalam hal ditemukan adanya dugaan pelanggaran etik dan disiplin yang dilakukan, maka pihak rumah sakit akan melanjutkan kasus ini ke Komite Etik dan Hukum RS Royal Surabaya," ujarnya.
"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi," pungkas dia.
(frd/arh)
[Gambas:Video CNN]