Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membantah adanya pencurian data dari Data Pokok Pendidikan dan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.
Kabar pencurian data tersebut pertama kali diungkap peneliti dan konsultan keamanan siber Teguh Aprianto melalui akun Twitter miliknya.
"Pengelola Data Pokok Pendidikan dan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi menegaskan bahwa data yang dimaksud bukan berasal dari Dapodik ataupun PD Dikti Kemendikbud," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud Evy Mulyani ketika dikonfirmasi, Kamis (28/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Evy menyebut wujud variabel data pada unggahan Teguh di media sosial tidak sesuai dengan variabel data pada Dapodik dan PD Dikti, terutama di bagian NO_SHDK, SHDK, stat_ktp, serta variabel kerja.
Referensi jenjang pendidikan dalam unggahan Teguh juga disebut Evy tidak sesuai dengan penamaan di Dapodik dan PD Dikti. Sehingga, ia menampik bahwa pencurian data yang diungkap Teguh berasal dari Dapodik atau PD Dikti milik Kemendikbud.
"Pengelolaan data di lingkungan Kemendikbud selalu menerapkan protokol pengamanan atau perlindungan data pribadi sesuai dengan Permenkominfo No. 20 Tahun 2016," kata Evy.
Sebelumnya peneliti dan konsultan keamanan siber Teguh Aprianto menyatakan terdapat 1,3 juta data milik Kemendikbud pernah dicuri dan dibocorkan.
Pencurian data tersebut berupa Nomor Induk Kependudukan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, status pernikahan, nama lengkap ibu dan ayah, nomor kartu keluarga dan alamat lengkap.
Ia pun mengunggah tangkapan layar dari sebuah forum di dark web yang menggambarkan data yang disebut hasil pencurian dari Kemendikbud pada 2015.
(fey/end)
[Gambas:Video CNN]