Bandung, CNN Indonesia -- Ketua Divisi Pelacakan Kontak, Pengujian Massal, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Siska Gerfianti menyatakan pengetesan masif
virus corona akan menggunakan ambulans Puskesmas Keliling (Pusling) sebagai Mobile Covid-19 Test.
Kebijakan itu dilakukan saat penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau
New Normal di Provinsi Jawa Barat.
"Setiap kecamatan akan punya Mobile Covid-19 Test. Jadi, kami bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar Puskesmas Keliling yang ada di satu kecamatan menjadi Mobile Covid-19 Test," tutur Siska di Cimahi, Jawa Barat, Minggu (31/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pusling saat ini ada di 27 kabupaten/kota di Jabar. Jumlahnya mencapai 627 unit ambulans.
Siska menjelaskan, Mobile Covid-19 Test akan dilengkapi dengan 100 alat rapid test. Pengetesan pun diprioritaskan di kerumunan-kerumunan.
Dia menekankan peningkatan kewaspadaan dengan melakukan pengetesan masif via Mobile Covid-19 Test dapat menekan potensi persebaran virus yang membahayakan warga.
"Kegiatan ekonomi sudah mulai dibuka, tapi kami tetap memberikan pengawasan dan pelacakan. Masalahnya kerumunan adalah sumber penularan. Maka, Mobile Covid-19 Test ini menjadi pertahanan untuk tetap mengawasi kerumunan-kerumunan, sehingga tidak akan menjadi sumber penularan," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi Pratiwi mengatakan, Mobile Covid-19 Test dapat menjangkau titik-titik kerumunan dengan cepat.
Ia pun mencontohkan pelaksanaan tes masif dengan Mobile Covid-19 Test pada Minggu (31/5), yang mana pihaknya dapat menggelar tes di tiga tempat sekaligus, yakni Pasar Atas untuk pedagang dan penjual, depan RSUD Cibabat untuk pengemudi ojek online, dan salah satu supermarket.
"Untuk hari-hari berikutnya kita akan lihat lagi, tapi yang penting spot-spot keramaian itulah titik point yang akan kita laksanakan mobile rapid ini," kata Pratiwi.
Sementara Pelaksana Tugas Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kota Cimahi Maria Fitriana berharap keberadaan Mobile Covid-19 Test dapat memetakan persebaran dan mendeteksi keberadaan virus.
"Kadang-kadang masyarakat tidak berani datang untuk memeriksakan diri secara langsung. Tapi, kalau kita kejar bola, ini yang kita harapkan. Tentunya, semua masyarakat yang selama ini tidak berani untuk datang ke tempat-tempat pemeriksaan, seperti test ini, mereka bisa langsung on the spot pemeriksaannya," ujarnya.
Namun, kata Maria, sebelumnya pun Kota Cimahi telah melakukan rapid test pada 3.000 orang warga Cimahi. Dan baru-baru ini telah melaksanakan rapid test bagi pedagang Pasar Antri di Pendopo Cimahi sekitar 150 rapid test. Kemudian juga beberapa waktu lalu untuk ojek online juga sudah pernah dilakukan dan hasilnya semua negatif.
"Pemda Kota Cimahi kan terus berupaya memutus rantai Covid-19 bersama-sama Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dengan menyasar kerumunan-kerumunan seperti di pasar-pasar, di berbagai keramaian dan di beberapa titik-titik kumpul keramaian," kata Maria.
Mengukir Rt Lewat Pemodelan SimcovIDGugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat mengukur angka reproduksi efektif (Rt) dengan pemodelan Simulasi dan Pemodelan Covid-19 Indonesia atau SimcovID.
"Berdasarkan metode Kalman Filter yang merupakan perpanjangan dari metode Bayesian Sequential," kata Ketua Divisi Perencanaan, Riset, dan Epidemiologi Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar, Mohammad Taufiq Budi Santoso, Minggu (31/5).
SimcovID sendiri merupakan tim gabungan yang terdiri dari peneliti berbagai perguruan tinggi, seperti ITB, Universitas Padjadjaran, YGM, UGM, ITS, UB, dan Undana. Peneliti perguruan tinggi luar negeri juga ambil bagian dalam penelitian itu, yakni Essex & Khalifa University, University of Southern Denmark, dan Oxford University.
Taufiq mengatakan, ada tiga indikator dalam mengukur indeks reproduksi Covid-19 (Rt), yakni jumlah kasus positif aktif, jumlah kesembuhan, dan jumlah kematian berdasarkan waktu harian.
"Pemodelan SimcovID berdasarkan metode Kalman Filter menjadi metode yang paling cocok untuk kondisi di Jawa Barat dan datanya pun tersedia," tutur Taufiq.
Sebelumnya, Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengatakan, Rt Jabar konsisten di angka 1 selama 14 hari, bahkan Rt Jabar berada di angka 0,97 dalam dua hari terakhir.
Taufiq menjelaskan, berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka Rt kurang dari 1 selama 14 hari menjadi salah satu indikator dalam aspek epidemiologi untuk penerapan AKB di Jabar.
"Masih banyak indikator lain yang ditetapkan WHO untuk pelonggaran pembatasan sosial atau penerapan AKB, di antaranya indikator-indikator dalam aspek sistem kesehatan dan aspek surveilan," kata Taufiq.
Gugus Tugas mengizinkan 15 kabupaten/kota menerapkan AKB atau New Normal karena sudah berada di level 2 atau zona biru. Sementara 12 daerah lainnya direkomendasikan untuk melanjutkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara proporsional.
Adapun 15 daerah di zona biru atau level II yang bisa menerapkan AKB yakni yakni Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Garut, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Banjar, Kota Cirebon, Kota Sukabumi, dan Kota Tasikmalaya.
Sementara 12 daerah berada di zona kuning atau level III adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Sukabumi, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cimahi dan Kota Depok.
(hyg/bac)
[Gambas:Video CNN]