Jakarta, CNN Indonesia -- Bupati Landak, Karolin Margret Natasa mengeluh waktu tunggu hasil tes swab
Covid-19 terhadap pasien dengan pengawasan (PDP) dan orang tanpa gejala (OTG) terlalu lama. Hal ini Karolin sampaikan langsung kepada Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Sutarmidji.
"Mereka yang
rapid test reaktif menunggu terlalu lama untuk konfirmasi apakah mereka positif atau negatif karena menunggu hasil dari Jakarta," kata Karolin, Rabu (3/6).
Karolin menyatakan hasil tes swab yang terlalu lama keluar mengakibatkan waktu isolasi dan waktu perawatan pasien menjadi panjang. Tak hanya itu, kondisi ini juga yang menjadi kendala untuk melakukan
rapid test massal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu isolasi dan waktu perawatan pasien Covid-19 atau terduga Covid-19 terlalu panjang sehingga biaya terlalu mahal dan beban bagi pasien dan keluarga juga berat," ujarnya.
Menurut Karolin, hingga saat ini setidaknya tujuh dokter, puluhan perawat dan bidan di Kabupaten Landak yang dinyatakan reaktif dari rapid test masih menunggu hasil tes swab terkait Covid-19.
Untuk itu, ia meminta dukungan dari pemerintah provinsi agar segera berkoordinasi dengan pihak terkait sehingga memprioritaskan hasil swab semua tenaga medis tersebut.
"Hal ini juga dialami oleh tenaga medis kami. Kami mohon dukungan hasil swab tenaga kesehatan kami bisa diprioritaskan," katanya.
Selain itu, Karolin meminta pemerintah kabupaten/kota diberikan fasilitas kesehatan untuk memeriksa secara pasti Covid-19 agar tidak terlalu lama menunggu hasil konfirmasi pasien yang positif atau tidak.
"Sehingga kalau semakin banyak tempat untuk melakukan diagnosa pasti, kami yakin masyarakat justru antusias untuk bisa dites secara massal. Kami sekarang memang terkendala tenaga dan alat," ujarnya.
Sementara, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengatakan segera memprioritaskan hasil swab tes tenaga medis. Hal ini dilakukan agar dapat segera diberikan tindakan cepat terhadap para pasien.
"Saya mengupayakan memberikan pelayanan hasil rapid test yang reaktif akan kita prioritaskan PCR-nya," ujar Sutarmidji.
Terkait usul penyediaan alat diagnosa Covid-19, Sutarmidji juga menyampaikan akan berusaha menyediakan untuk kabupaten/kota secara bertahap. Menurutnya, pembiayaan hingga kesiapan sumber daya manusia perlu dikoordinasikan terlebih dahulu.
"Tahap awal mungkin kami tempatkan beberapa kabupaten yang berdekatan, kemudian ke depannya sudah harus setiap kabupaten punya, tidak bisa tidak. Agar kami mudah dalam penanganan," katanya.
Kalimantan Barat saat ini baru memiliki alat tes swab sendiri di Rumah Sakit Untan dan pengiriman di Jakarta. Tes di RS Untan juga terbatas, karena keterbatasan reagen kit 30 per hari.
"Kami sudah mengirim sampel itu sebanyak 2.763. Yang sudah ada hasilnya 1.987, yang belum 776. Sekarang ini sudah mulai lebih cepat karena setiap hari biasanya sampai 200, sebelumnya hanya di bawah 50 itu pun sampai dua minggu baru bisa ada, kalau sekarang hampir tiap hari," ujarnya.
Dari data Dinas Kesehatan Kalimantan Barat per hari ini, jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 di Kalbar sebanyak 196 kasus. Dari jumlah itu 55 orang sembuh dan 4 orang lainnya meninggal dunia.
Sedangkan di Kabupaten Landak, jumlah terkonfirmasi positif sebanyak 5 orang. Kemudian PDP 5 dan ODP 1480 orang.
(dho/fra)
[Gambas:Video CNN]