Surabaya, CNN Indonesia -- Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
Jawa Timur Joni Wahyuhadi mengatakan jumlah kematian pasien positif
virus corona (Covid-19) di wilayahnya yang begitu tinggi karena pihaknya sulit memprediksi.
Jumlah kematian di Jatim sudah mencapai 553 orang, melebihi Jakarta dengan 537 kasus kematian akibat virus corona.
"Meninggalnya seseorang itu Allah SWT yang menentukan. Saya dipercaya Ibu Gubernur untuk memimpin rumah sakit besar RSUD dr Soetomo. Setiap hari sebetulnya saya
angkles (sedih), saya nangis setiap hari," kata Joni di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (11/6).
Virus corona, kata Joni, sangat sulit diprediksi. Dia mencontohkan beberapa kasus pasien corona yang ditangani pihaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada pasien berusia 38 tahun yang dirawat di ICU. Di hari ke-7 kondisinya membaik. Namun setelah dipindahkan ke HCU, ternyata pasien itu malah meninggal dunia.
"Hari ke-7 lepas ventilator bisa duduk. Kita pindahkan ke HCU dari ICU, hari ke-2 tahu-tahu meninggal, meninggalnya itu seperti orang serangan jantung. Mendadak sekali," kata dia.
Namun, sebaliknya ada pasien lain yang kondisinya lebih buruk, bahkan telah tak sadarkan diri. Namun setelah dirawat dengan intensif, kini pasien tersebut sudah sembuh. Kondisi kesehatannya bahkan lebih bugar dari pada sebelumnya.
"Ada pasien itu yang saat dirujuk sudah dengan ventilator dari RS swasta, sudah tidak sadar, dirawat oleh kawan-kawan
intensivist, sekarang pulang badannya gemuk, betul ini," ucapnya.
Kemudian, Joni mengatakan bahwa ada juga sejawatnya yang merupakan dokter sakit karena terinfeksi corona. Setelah lima hari, dokter itu sembuh dan dinyatakan negatif. Kondisi sebaliknya justru dialami seorang pasien yang mengalami gejala ringan, namun pasien itu justru wafat.
"Ada kawan saya, dokter ini, mengeluh sakit, lima hari sudah negatif, bisa lagi jalan-jalan. Ada lagi yang datang hanya batuk pilek, meninggal, jadi sangat variatif
case-nya, sangat
unpredictable," tutur Joni.
"Perjalanan penyakit seorang menderita Covid-19 itu
unpredictable. Banyak kawan-kawan yang para ahli itu bertanya-tanya sebetulnya apa rahasia dibalik Covid-19 ini," tambahnya.
Soal kasus kematian akibat Covid-19 di Jatim yang melonjak tinggi, Joni pun mengaku telah mengomunikasikannya bersama Kementerian Kesehatan, para ahli dan sejumlah petinggi rumah sakit-rumah sakit di Indonesia.
Di RSUD Soetomo, kata dia, persentase meninggalnya pasien Covid-19 pasca ventilator (setelah dibantu ventilator) mencapai 69,2 persen. Jumlah itu masih lebih sedikit daripada angka kematian pasien dalam kategori pascaventilator di RSUP Persahabatan Jakarta, serta di Wuhan China.
"Pascaventilator kalau di Soetomo itu 69,2 persen yang meninggal, tetapi di RS Persahabatan lebih tinggi, di Wuhan 80 persen. Bukan kita merasa aman [karena lebih sedikit], tidak, tapi semuanya bertanya-tanya, why?" tanya Joni.
Joni lalu mengimbau masyarakat Jatim agar meningkatkan kewaspadaan dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Ia juga meminta agar masyarakat tidak menentang corona. Jangan sesumbar.
"Pakai masker,
physical distancing,
social distancing, taati protokol kesehatan, jangan pernah menentang Covid-19, kualat tenan (beneran), karena
unpredictable," pungkasnya.
Sebelumnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat penambahan kasus meninggal dunia akibat virus corona di Jawa Timur sebanyak 553 orang atau setara 7,78 persen dari total kasus positif di provinsi itu. Angka ini melebihi jumlah kasus meninggal di DKI Jakarta yaitu 537 orang atau setara 6,20 persen.
Berdasarkan laporan media harian Covid-19 pada Kamis (11/6) per pukul 12.00 WIB, jumlah penambahan kasus meninggal akibat virus corona di Jatim sebanyak 23 orang dari hari sebelumnya yaitu 530 orang.
(frd/bmw/gil)
[Gambas:Video CNN]