Jakarta, CNN Indonesia -- Pasar Perumnas Klender di Jakarta Timur terus bergeliat meski beberapa waktu lalu 20 pedagang di pasar itu dinyatakan positif
virus corona (Covid-19).
Pasar terpantau masih ramai oleh pedagang, pengunjung, hingga penyedia layanan angkutan seperti ojek dan bajaj, Kamis (11/6).
Terkesan tak ada situasi darurat setelah kasus penularan Covid-19 di pasar itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para pedagang mengaku punya rasa khawatir berjualan kala pedagang lain terinfeksi virus corona. Namun tak ada cara lain bagi mereka bertahan hidup dengan melakoni usahanya.
Situasi ini menjadi dilema para pedagang di Pasar Perumnas Klender di tengah teror Covid-19.
"Wajar kalau takut. Tapi kami di sini bekerja," ujar Kiki, pedagang cendol yang berdagang di pelataran pasar.
 Kondisi Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur masih ramai. (CNN Indonesia/ Nadhen Ivan) |
Kepala Puskesmas Duren Sawit, Rita Wedya Astuti, telah membuka opsi menutup sementara Pasar Klender setelah hasil tes menunjukkan puluhan pedagang pasar positif corona.
Dari 62 peserta tes cepat (rapid test) dan swab gelombang kedua di Pasar Perumnas Klender, ada 20 pedagang dinyatakan positif Covid-19 pada Jumat (22/5).
"Kemungkinan tadi saat rapat dibilang 14 hari ditutup sementara. Tapi sepertinya perlu koordinasi lanjut sama PD Pasar Jaya," kata Rita pada Rabu (3/6).
Kiki hanya bisa pasrah dengan informasi dari Kepala Puskesmas tersebut. Namun, tak ada pemasukan baginya jika tidak berdagang.
Terlebih lagi kata dia, janji bantuan dari pemerintah kepada terdampak corona berupa uang tunai ataupun sembako kerap tidak tepat sasaran. Kiki pun tidak mendapatkannya.
"Kalau kita tidak dagang, makan apa?" lanjut Kiki.
Kiki sudah lebih dari setahun berdagang cendol. Itu pun modal dan tempat dagang bukan miliknya, melainkan milik bosnya.
"Seandainya bos suruh enggak dagang, kami enggak dagang. Tapi bos menyuruh saya dagang. Kami hanya ikut kata bos. Soalnya di sini kami dapat uang dari bos," kata dia.
Rasa khawatir juga diungkapkan oleh pasangan suami istri, Ratjuddin (54) dan Ani Astuti (46) penjual aksesoris pakaian seperti gesper, masker, kalung, hingga gelang.
Mereka tahu bahwa ada puluhan pedagang yang terinfeksi corona di pasar, namun mau tidak mau harus ada pemasukan untuk menyambung hidup.
"Kita hidupnya pas-pasan. Kalau tutup, buat biaya sehari-hari, uang kontrak ini (kios), uang kontrak rumah, mau gak mau (dagang)," ucap Ratjuddin.
"Meskipun sehari hanya Rp25 ribu, setidaknya ada pemasukan," lanjutnya.
 Situasi gang di Pasar Perumnas Klender, Jakarta Timur. (CNN Indonesia/ Nadhen Ivan) |
Ani mengatakan corona membuat pembeli yang berkunjung ke pasar kian sedikit. Ia hanya berharap pemerintah bisa membuahkan solusi yang bisa menyiasati dilema kebutuhan hidup para pedagang di pasar rakyat.
"Pasar sepi, enggak seramai biasanya. Tapi kalo mau tutup ya sudah kita tutup, kalau buka ya sudah buka. Cuma ya kami punya anak yang harus dinafkahi," kata dia.
Pasar adalah jantung perekonomian rakyat di lingkup kecil wilayah. Keberadaan pasar di sisi lain juga diperlukan oleh masyarakat demi mendapatkan kebutuhan dengan harga terjangkau
Berbelanja di pasar bagi Dira, salah satu pengunjung yang membeli perlengkapan sekolah untuk anaknya, turut jadi berkah tersendiri.
Sebab tempat tinggalnya tidak jauh dari situ, harga barang yang ditawarkan pasar pun lebih murah.
"Soalnya kalau beli ke mal lebih mahal. Tahun lalu juga belanja [kebutuhan] sekolah anak ke sini," kata dia.
Dengan begitu ia bisa mengirit pengeluaran menjelang masuk tahun ajaran baru, sekaligus menyiasati kebutuhan anak yang kemungkinan terus bertambah seusai pandemi.
"Kita tidak tahu apa yang ada ke depannya. Bisa jadi pengeluaran [untuk anak] kalau mulai masuk sekolah bertambah. Harus beli ini lah, itu lah," kata dia.
Kepala Pasar Perumnas Klender, Awaludin menyatakan pasar tetap beroperasi meskipun puluhan pedagang di sana positif terinfeksi virus corona. Awaludin beralasan pihaknya telah melakukan sterilisasi tak lama setelah terungkap kasus positif.
"Ya operasi, kan yang positif sudah dibawa ke rumah sakit dan lokasinya (lapak) sudah disterilisasi tetap kosong," ujarnya saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, kemarin.
Sterilisasi dilakukan salah satunya dengan menyemprotkan disinfektan ke setiap sudut kios yang ditempati para pedagang.
Menurut Awaludin, pihaknya tetap melakukan penyemprotan disinfektan meski sampai saat ini.
CNNIndonesia.com mengunjungi Pasar Perumnas Klender kemarin dan menemukan banyak pedagang nonpangan menggelar lapak dagangannya.
Awaludin berdalih para pedagang nonpangan membuka lapak sekadar untuk membereskan dagangan, sebagai persiapan pembukaan pasar pada 15 Juni mendatang.
"Tadi mereka izin minta buka untuk beres-beres (dagangan) menjelang tanggal 15," ujar Awaludin.
Jakarta sendiri masih menerapkan PSBB untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun, PSBB kali ini merupakan transisi menuju new normal.
Rencananya, 15 Juni nanti, Pemprov DKI akan mengizinkan mal dan pedagang nonpangan di pasar-pasar kembali beroperasi.
(ndn/bac)
[Gambas:Video CNN]