Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan kebijakan penerapan tatanan baru atau new normal terkait dengan kepentingan ekonomi. Ia mensyaratkan daerah yang menerapkannya untuk memiliki tingkat penyebaran Covid-19 yang rendah.
Di saat yang sama, sebagian besar provinsi masih memiliki angka reproduksi efektif (Rt) virus yang masih tinggi.
Per Senin (22/6), kasus Corona di Indonesia mencapai 46.845 orang, dengan 18.735 orang di antaranya sembuh dan 2.500 meninggal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Upaya ini (new normal) adalah untuk mempersiapkan masyarakat menuju tatanan baru yang aman Covid-19 dan tetap produktif. Hal ini juga dilakukan untuk mendorong pergerakan ekonomi," kata dia, saat sambutan secara telekonferensi dalam acara yang digelar oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (22/6).
Meski tak menerapkan karantina total atau lockdown, kata Ma'ruf, Indonesia, yang memakai Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tetap terdampak oleh pandemi Virus Corona dalam hal perekonomiannya.
"Pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal pertama sudah mengalami perlambatan, hanya tumbuh 2,97% dibandingkan dengan kuartal pertama tahun 2019," kata dia.
![]() |
Lebih lanjut, Ma'ruf mengatakan pemerintah tengah berupaya mengendalikan penyebaran Covid-19 yang semakin tinggi. Di sisi lain, pemerintah juga harus mampu mengendalikan pelambatan ekonomi. Hal ini agar terjadi keseimbangan antara kesehatan dan ekonomi masyarakat.
"Seluruh bidang kegiatan ekonomi akan dilaksanakan dengan cara yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Nah untuk itu dibutuhkan inovasi dan kreativitas agar kegiatan ekonomi produktif tetap jalan tetapi aman Covid-19," kata dia.
Ma'ruf pun memaparkan beberapa syarat bagi daerah yang akan kembali memulai aktivitas perekonomiannya di masa new normal.
"Untuk itu ada rambu-rambu yang dikeluarkan oleh WHO agar tatanan normal baru produktif aman COVID-19 dapat terwujud," ujarnya.
Pertama, penularan virus, yang ditandai dengan rasio penyebaran RO dalam satu wilayah berada di bawah angka satu selama dua minggu berturut-turut.
"Penularan virus sudah terkendali ditunjukkan dengan rasio penyebaran Ro dalam satu wilayah berada di bawah 1 selama dua minggu berturut-turut," tuturnya.
Kedua, ketersediaan layanan dan sistem kesehatan untuk menangani kasus Covid-19 baru. Ketiga, kemampuan dalam melakukan pelacakan yang ditandai dengan kecukupan jumlah pelaksanaan uji.
![]() |
Keempat, kewajiban bagi warga untuk mematuhi serta menjalankan aturan dan protokol kesehatan ketat.
"Pelaksanaan potokol kesehatan yang ketat dalam setiap kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat termasuk kewajiban memakai masker, physical distancing, selalu mencuci tangan, dan perilaku hidup sehat menjadi syarat utamanya," urai Ma'ruf.
Diketahui RO merupakan dasar perkiraan reproduksi virus di masa awal penyebaran penyakit atau untuk memproyeksikan jumlah sebarannya di masa datang.
Para ahli epidemiologi memilih memakai Rt, atau reproduksi efektif, untuk mengukur penyebaran Corona berdasarkan data terkini. Para pakar juga mengkritisi pencabutan PSBB di berbagai wilayah demi menggerakkan ekonomi meski kasus Corona masih tinggi.
Dikutip dari situs Bonza, start-up yang mengukur data-data Corona di Indonesia, Baru 10 provinsi yang memiliki Rt di bawah 1. Yakni, Jawa Timur (0,99), Papua Barat (0,96), Sumatra Barat (0,93).
Selain itu, Banten (0,92), Kepulauan Bangka Belitung (0,91), Sulawesi Tengah (0,85), Nusa Tenggara Timur (0,73), Kalimantan Utara (0,71), jambi (0,62), Sulawesi Barat (0,49).
(tst/arh)