Sempat dikritik warga, Pemerintah Provinsi Maluku Utara akhirnya memiliki alat uji Covid-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Sementara, Pemprov Gorontalo mengandalkan kearifan lokal dalam penanganan Corona.
Sekretaris Provinsi Maluku Utara Samsuddin A. Kadir menyebut satu unit alat PCR bantuan dari Pemerintah Pusat tersebut tiba di Ternate, Rabu (24/6) sore. Sebelumnya, alat itu sempat mampir di Makassar, Sulawesi Selatan.
"Baru sampai Ternate tadi," ungkap Samsuddin, dalam keterangannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Pemprov Malut memang meminta bantuan alat PCR tersebut kepada Pemerintah Pusat.
"Usulan PCR ini sudah disetujui oleh akuntabilitas, tinggal diubah ke Rencana Kerja Belanja (RKB) dan Dinas Kesehatan bikin permintaan," lanjut Samsuddin.
Dengan keberadaan mesin tersebut, Malut bisa menguji ratusan spesimen kasus Corona per harinya.
Sebelumnya, masyarakat Malut berencana patungan untuk membeli mesin PCR. Pasalnya, Pemprov dinilai lamban mengadakan alat yang membuat ratusan spesimen harus antre dikirim ke BTKL-PP Manado.
![]() |
Jumlah kasus positif Corona di Maluku Utara per Selasa (23/6) mencapai 465 kasus. Dari angka itu 82 orang dinyatakan sembuh dan 26 orang meninggal.
Terpisah, Gubernur Gorontalo Rusli Habibi mengaku pihaknya menggunakan kearifan lokal dalam penanganan Covid-19. Sebab menurutnya mencuci tangan, pakai masker, menjaga jarak, dan mempertahankan imunitas tubuh ialah kebiasaan masyarakat Gorontalo sejak dahulu.
"Saya katakan ini bukan [protokol kesehatan di era] new normal, tapi kembali ke kearifan lokal," kata dia, dalam siaran BNPB, Rabu (24/6).
Sejak dulu, Rusli menyebut kaum perempuan di Gorontalo akan menggunakan dua kain yang berguna menutup tubuh. Kain pertama merupakan sejenis samping yang digunakan pada bagian bawah. Kain kedua akan menutupi bagian wajah menyerupai masker.
"Pertama bagian bawah sarung ikat, yang keduanya itu bagian atas menutup wajah, jadi bukan masker lagi," katanya.
Selain pakaian, Rusli juga mengatakan cara makan orang Gorontalo juga turut membantu menghindari penularan Covid-19.
"Kebiasaan orang Gorontalo dulu, selalu di piring itu ada garam yang halus, ada cengek (cabe rawit)," katanya.
"Ketika saya baca di internet, garam itu yang ditakutkan oleh Corona," klaim dia.
![]() |
Selain kearifan lokal, ia juga melakukan pengetatan masuk Gorontalo. Orang-orang yang ingin mengunjungi Gorontalo memerlukan surat izin masuk (SIM) dan surat keterangan bebas Covid-19.
"Jadi keluarnya tidak kita perkekat, tapi masuknya yang kita perketat," ujar Rusli.
Gorontalo sendiri mencatat angka kasus kumulatif positif Covid-19 per Selasa (23/6) sebanyak 231 kasus, 8 kasus meninggal dan 142 orang sembuh.
(iel/mel/arh)