Juru Bicara Pemerintah Khusus Penanganan Corona Achmad Yurianto meminta tak semua pasien terinfeksi virus corona (covid-19) di Jawa Timur dirujuk ke rumah sakit (RS) di Surabaya.
Sebelumnya, muncul keluhan dari tim gugus tugas dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini karena sebagian besar pasien yang dirawat di RS rujukan di Surabaya adalah warga luar kota.
"Ya yang perlu dirawat ya dirawat, yang nggak perlu dirujuk ke Surabaya ya dirawat aja di sekitar rumah sakit daerahnya. Nggak harus semua di Surabaya," ujar Yuri, sapaannya, saat dihubungi, Rabu (1/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuri mengatakan sebagian besar pasien yang dirawat di RS rujukan itu berasal dari sejumlah wilayah di antaranya Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto. Akibatnya, kapasitas RS menjadi penuh.
"Itu kan nampung dari beberapa wilayah makanya penuh," katanya.
Selain itu, lanjut Yuri, pasien corona juga bisa dirawat di RS Darurat Lapangan Indrapura, Surabaya. Berdasarkan data dari gugus tugas, RS darurat tersebut dapat menampung 271 pasien.
Terbaru, pemerintah provinsi Jatim telah menambah kapasitas bed atau tempat tidur sebanyak 500 buah. Hal ini disampaikan tim gugus Jatim saat menyampaikan laporan di tengah kunjungan Presiden Joko Widodo pekan lalu. Penambahan kapasitas bed ini dinilai lebih efektif ketimbang menggunakan bangunan seperti Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta.
"Ditambah saja kapasitas bed-nya. Kalau sudah dibikin RS Darurat ngapain harus dibikin seperti Wisma Atlet, kan sama saja hanya beda gedungnya. Kapasitasnya saja yang harus ditambah," tutur Yuri.
Selain di Surabaya, Yuri menuturkan pemerintah setempat juga tengah menyiapkan pembangunan RS Darurat di Sidoarjo. Keberadaan RS Darurat ini diharapkan bisa menampung pasien corona sehingga tak semua menumpuk di Surabaya.
"Di Sidoarjo juga sudah dibangun RS Darurat," ucapnya.
Jatim hingga saat ini masih menjadi provinsi tertinggi kasus positif corona. Per 30 Juni 2020, kasusnya mencapai 12.136 kasus. Dari jumlah tersebut 893 orang meninggal dunia dan 4.012 dinyatakan sembuh. Sementara di posisi kedua terbanyak adalah DKI Jakarta dengan 11.424 kasus.
Pakar epidemiologi Universitas Airlangga Windhu Purnomo belum lama ini menyatakan tingginya angka positif maupun meninggal di Jatim ini dipengaruhi kapasitas bed isolasi RS yang tak sebanding dengan penambahan pasien positif corona. RS di Jatim, terutama di Surabaya menurutnya telah melebihi kapasitas. Akibat kapasitas RS yang penuh, tak jarang pasien gejala sedang atau berat tidak bisa lagi tertampung dan dirawat di RS rujukan.
"Penularan di Jatim terutama Surabaya terlalu tinggi karena tidak semua pasien tertampung. Itu yang menyebabkan besarnya kematian," tuturnya.
(psp/ain)