Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang juga Sultan Keraton Yogyakarta, Hamengku Buwono (HB) X mengaku belum berani mengizinkan membuka sekolah-sekolah untuk memulai proses belajar-mengajar secara tatap muka di kelas saat memasuki Tahun Ajaran Baru 2020/2021 pada 13 Juli mendatang.
"Saya kira risikonya terlalu tinggi," kata dia di kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (2/7).
Dia mengatakan andai setelah fase ujicoba pembukaan sejumlah sektor perekonomian dan pariwisata menunjukkan kasus infeksi virus corona (Covid-19) di wilayah itu landai, maka tidak menutup kemungkinan proses belajar mengajar di kelas akan dimulai. Namun, pembukaan sekolah pun dilakukan bertahap dari mulai tingkat SMA dan SMP terlebih dulu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terkait dimulainya proses penerapan adaptasi kebiasaan baru (new normal) di Yogyakarta, dia mengaku belum bisa memastikannya. DIY sendiri saat ini masih dalam status tanggap darurat Covid-19, dan telah diperpanjang hingga akhir Juli mendatang.
"Pertimbangan-pertimbangan itu harus betul-betul kami lakukan dengan jujur. Jangan merasa mempunyai kewenangan melakukan, tapi nanti korban berjatuhan," imbuh Sang Sultan.
Sebelumnya Wakil Walikota Yogyakarta, Heroe Poerwadi sempat mewacanakan para siswa bisa memulai proses belajar mengajar di sekolah, pada saat Tahun Ajaran Baru 2020/2021 dimulai, pada bulan Juli.
"Tetapi masuknya bagaimana? Kami menunggu kebijakan pusat. Tapi Pemkot menyiapkan untuk proses belajar jarak jauh, dan dari rumah, ataupun sudah masuk di sekolah seperti biasa," kata Heroe pada 1 Juni 2020.
Dia mengatakan kondisi pandemi Covid-19 telah membuat proses pembelajaran menjadi tak optimal, sebagaimana kondisi normal. Oleh karena itu, kreativitas proses pembelajaran menjadi tantangan bagi segenap guru, sekolah dan siswa agar pembelajaran tetap bisa menghasilkan tata nilai dan transfer ilmu pengetahuan yang bisa diserap dengan baik.