Penularan virus corona (Covid-19) di tiga perusahaan di Kota Semarang diduga terjadi melalui media alat absensi sidik jari dan kegiatan makan bersama yang tidak mematuhi protokol kesehatan.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam, dari hasil penelusuran, karyawan yang terinfeksi Covid-19 saat melakukan absen dengan menyentuhkan jari tangan ke alat pemindai sidik jari. Dan usai menyentuh alat itu, karyawan tidak mencuci tangan atau memakai cairan pembersih.
Yang kedua, penularan terjadi lewat kegiatan makan bersama saat istirahat kerja, yang tidak dilakukan berjarak atau pembatasan dengan penghalang.
"Kita lihat dan simpulkan sementara, itu dari finger print. Saat absen, tangan atau jari menyentuh alat, padahal alat terkontaminasi dari karyawan yang positif. Yang menyentuh, kemudian tidak cuci tangan atau pakai hand sanitizer. Untuk yang kedua, karena makan bersama, perusahaan dan karyawan tidak melakukan physical distancing dengan berjarak atau dibatasi barrier", ungkap Hakam di kantornya, Senin (6/7).
Tiga perusahaan di Kota Semarang disebut menjadi klaster baru penyebaran corona, dimana hampir 200 karyawan terdeteksi positif terjangkit Covid-19. Klaster perusahaan ini menyumbang paling besar angka positif covid-19 saat ini di Kota Semarang yang mencapai 716 kasus.
"Untuk tiap perusahaan jumlah yang positif berbeda-beda, ada yang 47 karyawan, ada yang 24 karyawan dan ada yang 100 lebih. Ini belum ditambah tracking kita ke orang terdekat dan keluarganya", tambah Hakam.
![]() |
Terdeteksinya tiga perusahaan sebagai klaster baru tak lepas dari tes massal Covid-19, baik rapid maupun swab, yang dilakukan Pemkot Semarang di sejumlah tempat umum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Pemkot Semarang sempat berhasil mendeteksi klaster di pasar, kantor Balai Kota Semarang dan sebuah kantor bank.
"Ini komitmen kami menangani kasus covid. Tes massal covid baik rapid dan swab kita lakukan secara masif sebagai upaya deteksi dini dan penindakan disertai pencegahan yang cepat. Ini akan terus kami lakukan dengan resiko angka positif covidnya terus nambah", ujar Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.