Ada 3 Komponen, Anies Sebut Berisiko Jika PSBB Dilonggarkan

CNN Indonesia
Jumat, 17 Jul 2020 00:16 WIB
Petugas melakukan tes diagnostik cepat COVID-19 (Rapid Test) kepada warga di Kota Tangerang, Banten, Sabtu (30/5/2020). Badan Intelijen Negara (BIN) melakukan rapid test secara massal sebagai salah satu upaya pengendalian transmisi COVID-19. ANTARA FOTO/Fauzan/hp.
Tes massal memetakan peningkatan angka Covid-19 di DKI yang jadi salah satu alasan PBB Transisi. (Foto: ANTARA FOTO/FAUZAN)
Jakarta, CNN Indonesia --

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi selama dua pekan karena mempertimbangkan tiga komponen yang menunjukkan bahwa kasus Covid-19 masih perlu diantisipasi.

Tiga komponen itu adalah jumlah pengetesan atau testing dan rasio positif, kesiapan fasilitas kesehatan, serta angka reproduksi penyebaran virus.

"Dari tiga komponen ini, maka akan amat berisiko apabila kita melonggarkan fase I PSBB transisi dan masuk fase II. Karena itu kami memutuskan untuk kembali memperpanjang fase 1 sampai dua pekan ke depan," kata Anies dalam saluran resmi Pemprov DKI di Youtube, Kamis (16/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komponen pertama, pengetesan massal yang menunjukkan ada peningkatan kasus Covid-19. Dia menjelaskan jumlah orang yang dites PCR di Jakarta saat ini 3,6 kali lipat dari rekomendasi Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).

Selama enam pekan berturut-turut, atau selama masa PSBB transisi ini, jumlah orang yang dites per satu juta penduduk mengalami peningkatan. Ketentuan WHO dalam melakukan tes virus corona yakni 1.000 tes per sejuta penduduk.

Ia merinci, pada pekan pertama PSBB transisi antara 4-10 juni ada 1.991 orang per sejuta penduduk yang dites. Kemudian, di pekan kedua (11-17 juni) 2.554 orang per sejuta penduduk.

Pekan ketiga (18-24 Juni) 2.806 orang per sejuta penduduk, pekan keempat (25-1 juli) 2.920 orang per sejuta penduduk. Kemudian, pekan kelima (2-8 Juli) 3.194 orang per sejuta penduduk, dan pekan terakhir (9-15 juli) 3.610 orang per sejuta penduduk.

Infografis Protokol Kesehatan Tempat Usaha PSBB Transisi JakartaFoto: CNNIndonesia/Basith Subastian

"Dengan jumlah tes yang dilakukan 3,6 kali lipat dari standar WHO, dan ini adalah tes PCR, maka kita bisa yakin bahwa data yang dihasilkan menggambarkan kondisi Jakarta yang sesungguhnya," ungkap Anies.

Peningkatan jumlah kapasitas tes di Jakarta itu berdampak pada tingkat positivity rate atau rasio positif. Sesuai standar WHO, rasio positif suatu wilayah idealnya di bawah 5 persen.

Eks Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengatakan, pada lima pekan pertama PSBB transisi sebetulnya rasio positif virus corona di Jakarta stabil di bawah 5 persen. Namun, dalam satu pekan terakhir angka tersebut meningkat menjadi 5,9 persen.

"Artinya kita harus lebih waspada. Meskipun begitu, angka 5,9 persen masih di bawah rata-rata nasional, yaitu sekitar 12 persen," jelasnya.

Komponen kedua adalah soal fasilitas kesehatan yang menunjukkan peningkatan angka hunian tempat tidur/bed pasien. Menurut dia, dari 67 rumah sakit rujukan Covid-19 yang tersebar di Jakarta, ada sekitar 4.556 tempat tidur isolasi bagi pasien Covid dan 659 ICU khusus.

Namun, dalam sepekan terakhir ada peningkatan jumlah bed occupancy rate atau tingkat keterisian tempat tidur untuk tempat tidur isolasi di rumah sakit rujukan. Awalnya, bed occupancy rate di Jakarta 34 persen, namun kini naik menjadi 45 persen dalam sepekan terakhir.

Sementara, untuk ICU justru mengalami penurunan. Semula bed occupancy untuk ICU rasionya sebesar 31 persen. Namun pada pekan ini turun menjadi 25 persen.

"Artinya jumlah pasien dengan gejala berat menurun. Karena gejala berat ini yang ditangani di ICU, tapi yang gejala ringan dan sedang mengalami peningkatan," papar Anies.

Infografis Aturan Kendaraan Berpenumpang Selama PSBB TransisiFoto: CNNIndonesia/Asfahan Yahsyi

Komponen ketiga adalah angka reproduksi penyebaran virus corona (Rt) di Jakarta. Menurut Anies, angka reproduksi penyebaran virus di Jakarta saat ini berada di angka 1,15.

"Dengan angka Rt berkisar 1, artinya wabah ini stabil tidak mengalami kenaikan, tapi juga tidak mengalami penurunan. Kita tentu ingin Rt turun, artinya dari satu berharap lebih kecil," kata Anies.

"Karena itu kita berada di atas satu, 1,15. Itu menandakan bahwa ada pergerakan percepatan penularan. Karena itu kita harus ekstra waspada," tambahnya.

(dmi/arh)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER