Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengaku masih memantau situasi perkembangan penyebaran virus corona (Covid-19) di ibu kota sebelum memutuskan untuk mengambil kebijakan rem darurat.
"Kita lihat dulu situasi ini. Karena lagi-lagi, jangan lihat sekadar satu hari, satu hari. Tapi mingguan, karena memang proses pemeriksaannya pun beberapa hari antara ambil sampel sampai keluar hasil. Jadi, lihatnya mingguan," kata Anies di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (22/7).
Jumlah kasus positif virus corona di Jakarta sudah mencapai 17.279 kasus hingga Selasa (21/7), berdasarkan data pemerintah pusat. Dengan jumlah itu DKI menjadi penyumbang kasus positif terbanyak kedua setelah Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anies telah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi.
Saat memutuskan untuk menerapkan PSBB transisi, Anies sempat menegaskan bahwa dirinya bisa saja mengambil kebijakan rem darurat atau emergency break jika penyebaran virus corona belum dapat dikendalikan.
Sampai saat ini Anies terlihat belum berencana menarik rem darurat tersebut, meski selama PSBB transisi kasus positif Covid-19 justru melonjak. Bahkan, selama PSBB transisi, Jakarta enam kali mencatatkan rekor penambahan kasus harian.
Rekor penambahan kasus harian itu terjadi pada 9 Juni dengan 239 kasus, 5 Juli dengan 256 kasus, 8 Juli dengan 344 kasus, 11 Juli dengan 359 kasus, 12 Juli 404 kasus, dan teranyar pada 21 Juli bertambah 441 kasus.
Terkait rekor penambahan kasus harian itu, menurut Anies, disebabkan oleh meningkatnya kapasitas tes swab PCR di Jakarta.
"Perlu kita garis bawahi bahwa Jakarta meningkatkan kegiatan testing terus untuk selamatkan masyarakat dari wabah ini. Jadi, memang kemampuan testing kita tinggi sekarang dan kita tingkatkan," ungkap Anies.
Anies juga meminta agar publik tidak melihat tren penambahan kasus secara harian. Menurut dia, ada variabel-variabel lain yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil kebijakan.
"Oleh karena itu saya anjurkan kepada kita semua, jangan hanya melihat angkanya, tapi lihat positivity rate. Kalau lihat persentase, benar ada kenaikan yang kemarin itu 8 persen" kata Anies.
"Pernah kita (positivity rate) 10 persen. Jadi itu fluktuatif. Tapi kalau kita melihat angkanya, angka saja, maka kesimpulan yang diambil bisa tidak tepat," sambungnya.
(dmi/wis)