Sejumlah yayasan dan organisasi masyarakat yang terpilih mengikuti program Organisasi Penggerak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) buka suara. Program tersebut dibuat untuk pelatihan guru oleh organisasi masyarakat dengan hibah dana dari Kemendikbud
Bagi yang lolos akan diberikan dana mulai Rp1 miliar-Rp20 miliar. Dana itu untuk merealisasikan pelatihan guru di jenjang pendidikan dasar dan menengah selama dua tahun
Namun, program yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim ini menuai kritik karena proses seleksinya dianggap tak jelas. Selain itu, program dinilai bertentangan karena justru membantu organasasi CSR perusahaan swasta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pengurus Pusat Muhammadiyah dan Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif Nahdlatul Ulama (NU) memutuskan mundur dari program tersebut.
Meskipun demikian beberapa penerima tetap mengikuti program tersebut. Salah satu lembaga yang lolos program Organisasi Penggerak, Dompet Dhuafa menyatakan proses seleksi dilakukan dengan sangat ketat.
"Kami berkeyakinan Kemdikbud telah merancang program ini dengan baik dan serius," ujar Direktur Pendidikan Dompet Dhuafa, Muhammad Syafi'ie El-Bantanie, dikutip dari Antara, Kamis (23/7).
Syafi'ie mengatakan proses seleksi diawali dengan evaluasi administrasi, substantif, hingga verifikasi langsung ke kantor pusat Dompet Dhuafa di Jakarta Selatan. Dompet Dhuafa telah menyiapkan konsep program dengan matang berdasarkan pengalaman bekerja sama dengan berbagai pihak di bidang pendidikan.
"Alhamdulillah, akhirnya Dompet Dhuafa jadi salah satu organisasi masyarakat yang dinyatakan lolos seleksi menjadi mitra Kemdikbud untuk memajukan pendidikan Indonesia," katanya.
Syafi'ie menyebut Dompet Dhuafa memiliki konsep pengembangan kualitas sekolah dan tenaga kependidikan berupa Sekolah Literasi Indonesia dan Sekolah Guru Indonesia. Konsep itu diklaim telah diaplikasikan pada ratusan sekolah di 34 provinsi di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Indonesia Mengajar Ayu Apriyanti menyatakan proses evaluasi dalam seleksi peserta program tersebut berjalan sangat ketat. Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar termasuk salah satu peserta program yang lolos organisasi penggerak.
"Jika dipikir, anak-anak Indonesia tetap tumbuh dari hari ke hari, tidak peduli ada pandemi atau tidak. Salut untuk tim yang tetap menjalankan proses evaluasi ini," kata Ayu.
Hal serupa disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jejen Musfah. PGRI diketahui juga lolos menjadi peserta Program Organisasi Penggerak.
Jejen menyambut baik keberadaan program yang melakukan pelatihan kepada para guru tersebut. Menurutnya, peningkatan kualitas guru menjadi tugas bersama pemerintah dan masyarakat.
"PGRI sudah dan akan berusaha melakukan pelatihan-pelatihan guru sesuai perkembangan IPTEK dan perubahan masyarakat," ujarnya
Jejen mengatakan mutu pendidikan saat ini masih rendah meski terdapat sekolah-sekolah tertentu yang banyak meraih prestasi internasional. Menurutnya, hal itu terjadi lantaran guru masih lemah dari sisi kompetensi dan kesejahteraan.
Keberadaan pelatihan ini dinilai Jejen akan menjadi media belajar dan peningkatan kompetensi guru. Menurutnya, guru-guru yang kompeten akan melahirkan siswa yang kompeten pula.
"Di sinilah pentingnya program organisasi penggerak dengan pelibatan dari masyarakat sebagai pelaksana, di mana guru diberi kesempatan belajar hal baru terkait literasi, numerasi, dan karakter," ujar Jejen.
Program Organisasi Penggerak diluncurkan Nadiem pada Maret 2020. Para peserta yang mendaftar akan mengikuti proses evaluasi proposal yang terdiri atas seleksi administrasi, substansi, dan verifikasi.
Proses evaluasi proposal dilakukan oleh tiga evaluator independen dengan metode double blind review yang hanya memakai ID proposal dan ID organisasi masyarakat.
Tim evaluator tidak mengetahui organisasi mana yang memiliki proposal sehingga hanya fokus pada substansi proposal yang diajukan.
Sebanyak 184 proposal dari 156 lembaga lolos seleksi organisasi penggerak Kemendikbud. Bagi yang lolos akan diberikan dana Rp1 miliar hingga Rp20 miliar untuk merealisasikan pelatihan guru di jenjang pendidikan dasar dan menengah selama dua tahun.
Jumlah dana yang diberikan ditentukan kategori seleksi. Ormas yang lolos kategori gajah bakal dapat dana hingga Rp20 miliar per tahun dengan target pelatihan lebih dari seribu sekolah.
Sedangkan kategori macan bakal dapat dana Rp5 miliar per tahun dengan target 21 sampai 100 sekolah. Kemudian kategori kijang bakal dapat dana Rp1 miliar untuk target lima sampai 20 sekolah.
Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi yang lolos memilih untuk mengundurkan diri. Alasannya, pemilihan organisasi masyarakat yang ditetapkan lolos evaluasi proposal sangat tidak jelas.
Kemendikbud dianggap tidak membedakan lembaga CSR yang sepatutnya membantu dana pendidikan dengan organisasi masyarakat yang berhak mendapat bantuan.
Hal ini menyusul dua lembaga yang lolos yakni Yayasan Putera Sampoerna dan Yayasan Bhakti Tanoto, meski belakangan Tanoto Foundation telah membantah menerima dana tersebut. Mereka menyebut justru melakukan investasi untuk memajukan pendidikan.
(psp/fra)