Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menerima kunjungan kerja Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso pada Minggu (9/8). Dalam kesempatan itu, Kang Emil sapaan Ridwan meminta masukan OJK tentang pandemi Covid-19 yang disebut memukul semua sektor, terlebih di sektor ekonomi.
"Ekonomi ini rumit karena dimensinya besar, khusus Jabar sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar, kami sudah petakan. Jadi yang paling banyak terkontraksi paling besar adalah sektor manufaktur," ujar Ridwan.
Ridwan mengatakan, sektor manufaktur menyumbang 40 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), di mana 60 persen industri itu terletak di Jabar. Ia berharap agar manufaktur Jabar dapat segera dipulihkan dan kembali menggerakkan ekonomi nasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mohon OJK memberikan input bagaimana mendorong mesin besar (industri manufaktur) yang sedang mogok ini naik seperti mesin kecil yang sudah bagus. Semoga dalam seminggu ada rekomendasi atau kebijakan dari OJK," katanya di Gedung Pakuan, Bandung.
Ia mengungkapkan, dalam pertemuan lahir gagasan untuk pemerintah berupaya membeli komoditas industri manufaktur, karena saat ini ekspor terhambat. Namun di sisi lain, sektor lain seperti pertanian justru bertumbuh di kala pandemi. Permasalahan sekarang, kata Ridwan, adalah pertumbuhan antara manufaktur dan nonmanufaktur yang tak seimbang karena besaran porsi PDRB yang mencapai 40 persen.
"Salah satu gagasannya tadi kita beli barangnya. Tapi juga mungkin ada keterbatasan. Atau kita menggiring korban PHK (industri) manufaktur bisa kerja di sektor yang ekonominya diserap lokal, seperti produk pangan atau pertanian," ujarnya.
Menurut Ridwan, pemerintah harus bergerak cepat membuat kebijakan terukur untuk semua sektor. Hal ini ditanggapi Wimboh yang menjelaskan bahwa pemerintah telah memberi berbagai insentif untuk menggerakkan sektor manufaktur di tengah pandemi. Salah satunya, lewat jaminan tambahan modal kerja untuk kredit korporasi.
"Kita sekarang sedang menggarap bagaimana meningkatkan sektor korporasi yaitu manufaktur. Pemerintah sudah memberikan berbagai insentif di antaranya penjaminan tambahan modal kerja untuk kredit korporasi. Kalau yang padat karya sharing dari pemerintah sebesar 60 persen dijamin, kalau nonpadat karya 50 persen," ucap Wimboh.
Wimboh menambahkan, mayoritas sektor manufaktur di Jabar adalah padat karya. Maka dari itu, OJK RI akan berupaya memasarkan komoditas industri manufaktur Jabar di pasar domestik. Lebih lanjut, ia berharap agar Jabar dapat menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi nasional, terlebih dengan skala ekonomi yang besar.
"Akan kami lihat secara detail bagaimana agar tumbuh, bagaimana bisa memasarkan produk ini untuk domestik karena sekarang ini kalau ekspor masih diambang ketidakpastian dunia, sehingga harus re-orientasi untuk pasar domestik. Kami juga akan memberikan solusi karena pertumbuhan ekonomi ini bukan hanya didorong oleh sektor informal dan konsumsi UMKM, tapi korporasi juga harus bangkit,"
"Kami sangat berharap Jabar menjadi motor penggerak recovery atau pemulihan ekonomi karena Jabar ini skala ekonominya besar, dari angka-angka yang ada pertumbuhan kreditnya pun di atas 5 persen dari rata-rata nasional. Bahkan sampai akhir tahun ini bisa meningkat lagi. Sumber pertumbuhan ekonominya banyak sekali, terutama sektor UMKM atau konsumsi," kata Wimboh.
(rea)