Deru mesin traktor bersahut-sahutan dengan suara pengumuman melalui pengeras di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Rabu (12/8) siang. Debu beterbangan di udara ketika alat berat itu beroperasi mengangkut dan meratakan tanah.
Tak jauh dari aktivitas itu, tepatnya di sisi kanan rel jalur 4 stasiun, enam orang pekerja tengah beraktivitas. Tiga dari mereka memakai seragam oranye bertuliskan "Jalan Rel Jembatan".
Tiga lainnya tak memakai seragam, hanya kaos oblong berlengan panjang, lengkap dengan sepatu boot dan topi, khas pekerja proyek.
Tiga orang ini, terlihat sibuk menutup satu titik di lokasi itu menggunakan potongan seng.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Titik yang mereka tutup itu, adalah susunan bangunan dari batu bata yang ditemukan beberapa hari lalu, saat penggalian dilakukan untuk pembangunan jalur ganda (double track). Bangunan itu, diduga bangunan bersejarah.
"Saat penggalian tanah untuk double track di dalam tanah tersebut didapati penataan batu bata lama yang membentuk lorong akan tetapi sudah terisi tanah," kata Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dikutip akun instagramnya, Selasa (11/8).
Atas temuan itu, ia pun telah mengirim surat kepada Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan dengan nomor 556/5048/Disparbud tertanggal 11 Agustus 2020.
Pria yang karib disapa Pepen itu meminta dikirim Tim Ahli dari Balai Pelestarian Budaya Cagar Budaya Banten ke situs tersebut. Dia berharap tim ahli bisa mengkaji dan memberikan rekomendasi atas temuan bangunan yang diduga cagar budaya.
![]() |
Sejarawan Bekasi Ali Anwar menduga temuan berupa susunan batu bata itu adalah saluran air yang sudah ada sejak zaman Belanda. Ali sendiri, merupakan Ketua Tim Ahli yang dilibatkan untuk menelusuri temuan itu.
"Yang kami temukan ada struktur bangunan masa lalu, berbentuk model lingkaran. Kalau dugaan bisa kemungkinan itu semacam gorong-gorong, saluran air,"kata dia saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (12/8).
Ali menduga bangunan itu sudah ada sejak tahun 1880-an. Sebab, pada periode itu, sedang berjalan proyek pembangunan jalur kereta dari Stasiun Manggarai, Jatinegara, Bekasi, hingga Kedunggedeh.
"Tahun 1880-an ya, kalau pembangunan proyek itu dari 1870-an, tapi masuk Bekasi tahun 1880-an," kata dia.
Dari penelusuran yang dilakukan, ia menyebut, ada dua titik lokasi ditemukannya bangunan berbentuk model lingkaran dari batu bata itu,
dua titik itu, saling bersebelahan dengan jarak 3-4 meter.
"Ada dua dome (kubah) dua lingkaran, yang satu agak di sisi timur, satu agak di ke barat. Jarak sekitar 3-4 meter, sebelahan," kata dia.
Selain itu, tak jauh dari temuan dua bangunan dari susunan bata itu, mereka juga menemukan pondasi bangunan.
"Di selatannya kami juga menemukan struktur semacam pondasi bangunan yang kami duga pondasi stasiun. Satu lagi kami temukan jendela stasiun," kata dia.
![]() |
Ali mengatakan dari temuan itu, pihaknya sudah memberikan rekomendasi kepada Wali Kota Bekasi untuk selanjutnya diteruskan kepada Ditjen Perkeretaapian Kemenhub dan Balai Pelestarian Cagar Budaya.
Tindakan lanjutannya, kata dia, menunggu kebijakan dari dua otoritas itu.
"Kalau memang bangunan tidak mengganggu, enggak usah dibongkar. Tapi kalau mengganggu bisa dipindah, diletakkan di salah satu sudut stasiun, sebagai heritages. Tapi tentu itu butuh diteliti dulu," kata dia.
Hal senada dikatakan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bekasi Tedy Hani. Ia berharap setelah ada hasil penelitian, bangunan tersebut bisa disusun dan ditata kembali di sekitar Stasiun Bekasi.
Menurutnya, langkah tersebut penting dilakukan agar masyarakat bisa melihat sisa-sisa material peninggalan stasiun Bekasi zaman Belanda.
"Mudah-mudahan barang-barang tersebut bisa diamankan dan dilestarikan sebagai heritages," kata dia
(yoa/wis)