Ratusan orang dari berbagai elemen yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) Yogyakarta kembali menggelar aksi menolak Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU Ciptaker) di Jalan Gejayan Yogyakarta, Jumat (14/8).
Massa aksi yang mayoritas mengenakan pakaian warna hitam, duduk di tengah jalan membentuk formasi setengah lingkaran besar. Mereka tetap menjaga jarak dan mengenakan masker sembari membawa poster-poster dengan berbagai tuntutan yang intinya menolak RUU Ciptaker.
Salah satu orator mengatakan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'aruf Amin tak sedang memerangi pandemi virus corona (Covid-19), melainkan memerangi rakyat sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemerintahan Jokowi-Ma''ruf tidak sedang memerangi pandemi, melainkan memerangi rakyatnya sendiri," katanya.
Ia menyebut rakyat tak bisa lagi menggantungkan harapan pada elit-elit di parlemen maupun pemerintahan untuk memperjuangkan aspirasi mereka. Bahkan termasuk elit-elit serikat buruh yang pada akhirnya hanya mencari kepentingan.
"Gerakan rakyat harus percaya pada gerakan mahasiswa, gerakan buruh, gerakan tani dan membangun persatuan Nasional," ujarnya.
Sementara Humas ARB Yogyakarta, Lusi mengatakan pihaknya sudah berkali-kali menyampaikan aspirasi dengan berbagai cara, mulai dari jalur audiensi dengan pihak terkait namun hasilnya hanya omong kosong belaka.
"Kami hanya diterima dan didengarkan aspirasinya, tapi apa tindaklanjutnya? Hanya nol, kosong," katanya.
Menurutnya, berkaca dari pengalaman tersebut, maka aksi Gejayan Memanggil menjadi alternatif berpolitik yang selama ini tak disediakan oleh negara.
"Selama ini ruang-ruang politik kita dibatasi dengan kotak-kotak Pemilu. Kami hadir untuk menyediakan ruang-ruang politik baru, yakni politik di jalanan sehingga semua masyarakat yang ingin terlibat, maka mereka juga dapat terlibat," ujarnya.
Dalam aksi kali ini, ada tujuh poin yang disuarakan ARB, diantaranya gagalkan Omnibus Law RUU Cipta Kerja; berikan jaminan kesehatan, ketersediaan pangan, pekerjaan dan upah layak saat pandemi; dan gratiskan UKT/SPP dua semester selama pandemi.
Selain itu, ARB juga menyerukan solidaritas untuk menolak tambang pasir besi di Kulon Progo; menolak rencana pembangunan Bendungan Bener; serta hentikan semua proyek infrastruktur yang menggusur rakyat.
Setelah menggelar aksi di Jalan Gejayan, para demonstran bergerak menuju pertigaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk melanjutkan aksinya.
(sut/fra)