Ketua Konsorsium Kemenristek: Belum Ada Obat Khusus Covid-19

Mel | CNN Indonesia
Selasa, 18 Agu 2020 20:07 WIB
Kementerian Riset dan Teknologi menyatakan belum ada obat khusus covid-19.
Peneliti beraktivitas di ruang riset vaksin Merah Putih di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat. (Antara Foto/Dhemas Reviyanto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN Ali Ghufron Mukti menegaskan sampai saat ini belum ada obat yang bisa diklaim khusus untuk menyembuhkan Covid-19.

"Jadi sampai sekarang belum ada satu pun yang kita bisa klaim sebetulnya merupakan satu obat, meski banyak klaim-klaim dari beberapa yang mengatakan penelitian, belum satu pun yang bisa dikatakan obat spesifik khusus untuk Covid-19," katanya dalam diskusi Satgas Penanganan COVID-19 di Graha BNPB Jakarta, Selasa (18/8)

Sejauh ini, Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 masih dalam proses mengembangkan vaksin hasil kolaborasi Lembaga Eijkman dan Konsorsium bersama Biofarma dan Badan Intelijen Negara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan untuk kandidat imunomodulator atau obat untuk mendukung imunitas dalam melawan Covid-19 juga baru melewati proses uji klinis di RS Darurat Wisma Atlet.

Komite Nasional Penilai Obat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Anwar Santoso juga mengatakan beberapa obat memang telah menjalani uji klinis.

Meski prosesnya sudah berjalan, Anwar menegaskan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang secara spesifik manjur serta aman untuk pengobatan Covid-19.

"Sampai sekarang belum ada satu statement yang menyatakan bahwa ini ada obat yang manjur dan aman untuk Covid-19. Semuanya masih dalam fase uji klinik," kata ahli jantung dari RS Harapan Kita itu.

Bahkan, dia menegaskan, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga tidak memberikan pernyataan resmi ada obat yang direkomendasikan dan aman untuk pengobatan COVID-19 tetapi dalam tahapan uji klinis.

Universitas Airlangga, TNI AD, dan BIN sebelumnya mengklaim telah mengembangkan kombinasi obat Covid-19 pertama di dunia.

Rektor Universitas Airlangga, Prof Nasih menjelaskan bahwa obat tersebut merupakan kombinasi dari berbagai macam obat. BPOM menganggap obat itu adalah sesuatu yang baru. Obat itu diyakini menjadi obat COVID-19 pertama di dunia. Ada tiga kombinasi obat yang ditemukan oleh Unair dan telah dilakukan uji klinis. Kombinasi pertama yaitu Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin. Kedua, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycycline. Ketiga, Hydrochloroquine dan Azithromyci.

Infografis Tahapan Riset Vaksin Corona Buatan RIInfografis Tahapan Riset Vaksin Corona Buatan RI. (CNN Indonesia/Timothy Loen)

Belum Ada Izin Edar

Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan obat Covid-19 yang dikembangkan oleh Unair bekerja sama dengan BIN dan TNI AD belum mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena masih dalam tahap uji klinis.

Wiku menyebut, saat uji klinis, baik pihak Unair atau BPOM harus memegang dua prinsip yakni aman dan efektif untuk digunakan oleh masyarakat.

"Jadi sampai dengan sekarang belum ada izin edar dari obat ini [obat Covid-19 Unair] karena masih dalam tahap uji klinis, tentu dalam uji klinis ada dua prinsip yang harus dipegang, yaitu aman dan efektif," kata Wiku di Kantor Presiden, Selasa (18/8).

Uji klinis obat Covid-19 Unair dilakukan pada 7 Juli hingga 4 Agutus, dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, protokol uji klinis klinis telah mendapatkan persetujuan pelaksanaan uji klinik (PPUK) oleh BPOM dengan Nomor PP.01.01.1.3.07.20.06. 

Wiku juga menjelaskan, pengembangan obat tidak hanya ada di dalam negeri. Pemerintah membuka pintu kerja sama untuk mengembangkan obat maupun vaksin Covid-19 melalui kerja sama antar negara. Untuk pengembangan vaksin, pemerintah telah bekerja sama dengan berbagai lembaga nasional maupun internasional.

Di dalam negeri sendiri, selain pengembangan obat Covid-19 Unair yang masih dalam tahap uji klinis, pemerintah melalui Bio Farma bekerja sama dengan Lembaga Bio Molekuler Eijkman untuk mengembangkan vaksin merah putih. Eijkman dan Bio Farma juga mengembangkan terapi plasma darah untuk pasien Covid-19.

Sementara untuk kerja sama multi negara, Wiku menyebut pemerintah Indonesia telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan trans nasional.  Salah satunya adalah pengembangan vaksin antara Bio Farma bersama PT Sinovac, vaksin asal Cina tersebut akan diuji klinis tahap tiga di Indonesia. 

"Tujuan pemerintah sangat jelas bahwa kita ingin cepat menyeluruh menghadirkan masyarakat yang sehat aman Covid-19," katanya.

(antara)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER