Lembaga survei Indikator Politik menyatakan sebanyak 64 persen responden yang merupakan pemuka opini (opinion maker) menilai penyebaran virus corona (Covid-19) di Indonesia kurang atau tidak terkendali. Namun, kepercayaan terhadap Presiden Joko Widodo masih terbilang tinggi.
"Mayoritas elite opinion maker kita mengatakan tidak terkendali atau kurang terkendali. Pemerintah dianggap kurang mampu mengendalikan Covid-19," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei secara daring, Kamis (20/8).
Burhanuddin melanjutkan bahwa responden yang menjawab penyebaran Covid-19 kurang terkendali mencapai 54,9 persen. Sebanyak 9,5 persen lainnya menjawab tidak terkendali sama sekali, dan 35,5 persen menjawab cukup terkendali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Survei ini sendiri digelar terhadap 304 orang yang dinilai sebagai pemuka opini di 20 kota, pada Juli 2020.
Mereka terdiri dari pekerja media, seperti Pemred PR Firman Rachmat; akademikus, seperti Guru Besar Hukum UGM Eddy OS Hiariej; mantan pejabat lembaga negara, seperti eks Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas;
Tenaga kesehatan, seperti ketua IDI Jateng Djoko Handojo; pengusaha, seperti Ketua Apindo Jabar Dedy Wijaya; budayawan, seperti Ridwan Saidi; hingga mubalig seperti Tengku Zulkarnain.
![]() |
Pemilihan responden diakui tak dilakukan secara acak atau random karena persoalan ketersediaan data pemuka opini. Survei ini pun diakui lebih mencerminkan penilaian responden, bukan populasi seluruh pemuka opini.
Selain itu, hanya 32,9 persen kalangan elite menilai kinerja pemerintah pusat dalam menangani Covid-19 baik, dan 3,9 persen menganggap sangat baik. Sebanyak 28 persen responden lainnya menyatakan biasa saja, 28,6 persen menilai buruk, dan 6,3 persen menyebut sangat buruk.
Sementara, penilaian terhadap pemerintah daerah sedikit lebih baik, dengan 42,8 persen-nya menyatakan baik, 6,3 persen menyebut penanganan sangat baik.
Selain itu, 24,7 persen elite menyebut biasa saja, 19,4 persen menilainya buruk, dan 6,3 persen buruk sekali.
Meski demikian, kepercayaan terhadap Presiden Joko Widodo dalam menangani Covid-19 mayoritas masih baik. Rinciannya, 42,8 persen opinion maker mengaku percaya, 14,8 persen sangat percaya, 23,4 persen biasa saja.
Yang tidak percaya Jokowi dalam penanganan virus corona hanya 16,8 persen, dan yang sangat tidak percaya 2 persen.
Tingkat kepercayaan kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto lebih rendah lagi. 32,9 persen pemuka opini mengaku percaya, 4,3 persen sangat percaya, 25 persen biasa saja.
Sebanyak 26,6 persen lainnya tidak percaya Terawan dalam penanganan Covid-19, dan 10,5 persen sangat tidak percaya.
![]() |
Di samping itu, masih banyak yang lebih percaya pemerintah memprioritaskan masalah kesehatan (71,1 persen) ketimbang yang percaya prioritas ada di ranah ekonomi (25,3 persen).
Namun demikian, mayoritas pembuat opini (54,6 persen) menilai pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sebaiknya dilanjutkan. Sebanyak 43,4 persen lainnya menilai sudah cukup agar ekonomi bisa berjalan.
"Bagi kalangan elite, kesehatan jauh lebih prioritas ketimbang persoalan ekonomi. Mayoritas kalangan elite juga berpendapat PSBB sebaiknya dilanjutkan, 54,6 persen," kata Burhan.
Sebelumnya, survei Indikator terhadap publik, pada Mei, menyebut 60,9 persen publik masih percaya terhadap Jokowi dalam penanganan Covid-19. Sementara, hanya 58 persen publik yang percaya Terawan.
Survei Charta Politika Indonesia mencatat 40,9 persen responden tidak percaya pada data kasus Covid-19 yang disajikan pemerintah. Sementara, 56,1 persen responden sebaliknya.
(yoa/arh)