Kepolisian tengah mengusut upaya dugaan penculikan mahasiswa di Ambon, Maluku oleh sekelompok orang tak dikenal pada Rabu (2/9) malam.
Sosok yang diduga akan diculik itu adalah seorang aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ambon, Muhammad Syahrul Wajdo Abunawas.
Belakangan, Wajdo menyatakan kabar upaya penculikan atas dirinya adalah hoaks.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terkait informasi penculikan itu murni bukan dari saya, itu bohong [hoaks]. Namun, informasi itu bersumber dari rekan-rekan HMI Cabang Ambon," kata Wajdo dalam konferensi pers di Mapolresta Ambon, Jumat (4/9) sore.
Di hadapan wartawan ia lantas meluruskan peristiwa yang sebenarnya terkait kabar penculikan dirinya oleh sekelompok orang tidak dikenal dikawasan Gedung Sekretariat HMI Cabang Ambon, Desa Poka, Kota Ambon Maluku pada Rabu (2/9) pukul 22. 00 WIT.
Wajdo mengatakan pada Rabu malam itu, sekitar pukul 08.00 WIT, ia bersama dua rekan kader HMI Cabang Ambon bernama Fahmi dan Haikal berjalan menuju gedung Sekretariat Komisariat Ekonomi UniversitasPattimura (Unpatti) Ambon di kawasan Poka, Kota Ambon, Maluku.
"Saat itu ada mobil mengikuti. Mobil berjumlah satu unit, kemudian dua orang turun dan menjemput. Mereka tidak membawa senjata tajam, mereka hanya disuruh ikut mereka," kata Wajdo.
Setiba di kawasan Waiheru, Kota Ambon, Maluku. Ia mengaku ditanya-tanya terkait materi aksi yang menyentil kepimpinan Gubernur Maluku, Murad Ismail, sebagai pemimpin otoriter dan pengecut. Aksi demo itu digelar para mahasiswa di halaman Gedung Kantor Gubernur Maluku pada Rabu (2/9) siang.
Aksi unjuk rasa itu menuntut pembebasan 13 tersangka penjemputan jenazah corona Hasan Keiya yang diambil paksa warga di kawasan jalan Jenderal Sudirman, Kota Ambon.
Dua orang yang menjemputnya tersebut, kata Wajdo, adalah KM dan GM. Mereka diketahui pula sebagai alumni aktivis senior HMI cabang Ambon.
Wajdo menerangkan dua seniornya itu merasa kesal dengan materi orasi demo di depan Kantor Gubernur Maluku tersebut.
"Isi materi itu yang membuat mereka aktivis senior HMI marah. Mereka bilang Gubernur Maluku berasal dari Jezira, sebagai senior merasa tersinggung atas materi demo tersebut," kata dia menjelaskan.
Selanjutnya, Per Rabu (2/9) sekitar pukul 24.00 WIT, Wajdo kemudian dikembalikan ke Gedung Komisariat Ekonomi Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon dalam kondisi yang dinyatakan sehat.
"Jadi saya klarifikasi, saya bukan diculik, saya hanya diberi teguran dari senior HMI. Penculikan itu narasi rekan-rekan di Komisariat, saya baru tahu ada bahasa penculikan melalui akun aplikasi online facebook milik rekan HMI," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kapolres Kotaambon dan Pulau-pulau Lease Kombes Pol Leo Simatupang menerangkan hingga saat ini polisi belum memeriksa dua senior yang diungkap Wajdo tersebut.
"Yang jelas kasus ini tetap berjalan dan diproses, sementara kita masih memeriksa rekan-rekan HMI yang menurut korban narasi penculikan dari mereka bukan dari yang bersangkutan," ujar Leo.
Sebagai informasi, meskipun mengakui tak terjadi penculikan, Wadjo dan sejumlah rekan-rekan aktivis HMI Cabang Ambon membuat pelaporan polisi di Mapolres Kota Ambon dan Pulau-pulau Lease.
Kepada wartawan Wadjo mengaku pelaporan polisi terkait apa yang terjadi pada Rabu malam itu. Wajdo mengaku mendapatkan penganiayaan setelah penculikan pada Rabu malam.
Polda Maluku maupun Polresta Pulau Ambon dan PP Lease pun menyatakan akan tetap melindungi Wadjo dalam kasus ini.
"Kami tetap melindungi yang bersangkutan termasuk rekan-rekan lainnya, meskipun korban saat ini telah pulang ke rumahnya dab banyak kawan-kawannya juga yang mendampingi," kata Kepala Bidang Humas Polda Maluku Kombes M Roem Ohoirat di Ambon,Kamis (3/9), dikutip dari Antara.
(sai/kid)