Politikus Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana tak ambil pusing tulisan dirinya di media sosial twitter soal 'paha calon wakil wali kota Tangsel itu mulus banget' dianggap pelecehan seksual. Panca menyebut cuitan tersebut sebagai tulisan biasa.
"Ya tidak apa-apa. Kan biasa saja saya ngetik, biasa. Saya enggak ada nyebut (nama) siapa-siapa. Cuitan biasa saja, cuma dikomen pak Said Didu" kata Panca saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (6/9).
Panca mengatakan dirinya tidak dapat melarang pihak manapun untuk berasumsi soal cuitan tersebut ditujukan untuk siapa. Ia menegaskan bahwa cuitan tersebut tak ditujukan kepada pihak tertentu apalagi untuk kontestasi politik dalam Pilkada Serentak 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Panca enggan berkomentar banyak terkait dengan polemik yang timbul akibat dirinya mencuitkan tulisan soal tubuh seseorang. Namun, ia siap apabila harus berhadapan dengan hukum lantaran cuitan tersebut.
"Saya kan enggak bisa membatasi asumsi orang. Silakan laporkan (ke polisi), tanggapannya bebas saja kan," ujarnya.
Menurut Panca, partainya juga tak menanggapi serius terkait tulisannya di media sosial yang menjadi polemik. Ia menyatakan bahwa Demokrat menganggap itu urusan pribadi.
"(Partai) Biasa saja, partai anggap itu cuitan pribadi," pungkas dia.
Hingga hari ini Minggu (6/9) cuitan tersebut tidak dihapus oleh Panca yang memiliki akun @panca66. Sejak 4 September lalu, sudah ada 55 retweet, 378 likes, dan 216 komentar dalam postingan tersebut.
Cuitan tersebut sempat dibalas oleh akun @msaid_didu milik Said Didu. "Huzzz-no pict hoax," tulis Said. Cuitan keduanya itu langsung mendapat komentar dari Rahayu Saraswati Djojohadikusumo.
Sara diketahui maju sebagai calon wakil wali kota Tangerang Selatan pada Pilkada serentak 2020. Sara maju mendampingi politikus PDIP, Muhamad. Mereka diusung PDIP, Gerindra, dan sejumlah partai lainnya.
Sara mengkritik keras cuitan politikus tersebut lantaran dianggap sebagai bentuk pelecehan seksual. Sara menilai bahwa cuitan tersebut tidak berkaitan dengan politik, namun tetap merupakan bentuk pelecehan terhadap perempuan.
"Pelecehan tidak ada hubungannya dengan afiliasi politik, beda pilihan politik bukan berarti bisa dilecehkan, atau karena saya perempuan bukan berarti bisa dilecehkan, pelecehan hanya dilakukan oleh mereka yang berjiwa kerdil dan pengecut," tulis Sara.
(mjo/fra)