Koalisi Warga untuk LaporCovid-19 menerima lebih dari 4.000 laporan masyarakat selama pandemi Covid-19 melanda di Indonesia.
Anggota tim LaporCovid-19, Yoesep Budianto, menjabarkan bahwa selama periode April hingga Juni saja mereka sudah menerima 4.000 laporan yang dikirimkan masyarakat melalui chatbot.
Setelah penerapan kebijakan baru pada Agustus-September, LaporCovid-19 menerima 386 laporan dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak sekali kasus-kasus di lapangan yang dialami masyarakat Indonesia selama pandemi ini," kata dia dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/9).
Ia menjelaskan bahwa laporan yang masuk didominasi wilayah Jawa, khususnya DKI Jakarta, kemudian diikuti Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.
Berdasarkan jenisnya, laporan paling banyak mengenai pelanggaran protokol kesehatan, diikuti soal layanan kesehatan. Selain itu, laporan tentang kluster perkantoran juga banyak muncul di beberapa minggu terakhir.
"Sebagian besar laporan memberikan gambaran tentang adanya kasus positif di sebuah kantor, namun tidak ada transparansi dari kantor serta penegakan protokol pandemi," kata dia.
LaporCovid-19, kata Yosep, juga menerima berbagai laporan lain, mulai dari penolakan tes SWAB hingga penundaan tes karena alasan kehabisan alat.
"Untuk kasus sekolah, banyak orang tua melaporkan tentang dibukanya kembali sekolah-sekolah di zona berisiko tinggi terinfeksi, seperti di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan Kota Tuban, Jawa Timur," katanya.
Yosep menjelaskan bahwa setelah menerima laporan dari masyarakat, ada 4 opsi langkah yang akan dilakukan pihaknya, yakni pendampingan atau asistensi pelapor, pendekatan ke otoritas atau terlapor, penyampaian somasi ke terlapor, hingga pengajuan gugatan hukum.
"Hal ini memang kami lakukan karena lagi-lagi mereka harus ditolong, karena mereka yang langsung mengalami dan langsung mendapat dampak dari pandemi ini," katanya.
(yoa/has)