Amnesty International Indonesia mendesak polisi mengusut tuntas kasus penembakan pendeta Yeremia Zanambani yang tewas di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada Sabtu (19/9) lalu.
"Polisi harus mengusut tuntas kasus penembakan pendeta Yeremia yang diduga melibatkan TNI," kata Direktur Eksekutif Amnesty Usman Hamid melalui keterangan resmi, Selasa (22/9).
Berdasarkan catatan Amnesty, penembakan Yeremia telah menambah daftar kasus penembakan sebanyak 15 kali dengan total 22 korban di Papua selama 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usman menuturkan, penembakan kepada warga sipil ini telah menunjukkan kegagalan negara menghadirkan perdamaian di Papua.
"Penembakan ini lagi-lagi menunjukkan kegagalan negara untuk menghadirkan perdamaian di Papua. Dari awal tahun, sudah ada 15 kasus penembakan di luar hukum di sana," katanya.
Usman meminta penyelidikan dilakukan secara independen dan dapat mengungkap pelaku sebenarnya. Saat ini ada dua versi kronologi penembakan terhadap Yeremia yang belum jelas.
Pertama, tudingan dari aparat TNI yang mengatakan pelaku penembakan murni anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Namun sejumlah tokoh agama setempat menyebut prajurit TNI yang bertanggung jawab dalam insiden itu.
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) juga membantah bertanggung jawab dalam insiden penembakan itu. Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom menuding aparat TNI yang menembak pendeta Yeremia saat kontak senjata dengan prajuritnya di Intan Jaya.
"Penyelidikan menyeluruh yang independen dan tidak memihak harus segera dilakukan untuk mengungkap siapa pelaku sebenarnya," kata Usman.
Usman menegaskan, jika hasil penyelidikan menyatakan penembakan dilakukan aparat TNI, maka pemerintah wajib memberi penjelasan terkait tudingan-tudingan yang selama ini dilontarkan.
"Harus ada penjelasan mengapa pihak TNI justru menuding kelompok bersenjata sebagai pelakunya," ujar Usman.
Berdasarkan keterangan yang dikumpulkan Amnesty, Yeremia bukan merupakan bagian dari kelompok bersenjata. Usman mengatakan bahwa tokoh agama itu merupakan seorang pelayan gereja yang sedang mengabdi di desa kecil di wilayah Intan Jaya.
Ia mengatakan bahwa masyarakat setempat curiga insiden penembakan itu merupakan upaya pencarian pelaku penembakan di Intan Jaya sebelumnya yang memakan korban prajurit TNI.
Hingga saat ini, polisi belum dapat menjelaskan terperinci soal insiden tersebut lantaran masih dalam proses penyelidikan. Polisi mengirimkan tim penyelidik ke Kampung Bomba untuk meminta keterangan dari istri korban lebih lanjut.
Sementara itu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) telah menyiapkan tim investigasi untuk mengusut kematian Yeremia.
Yeremia tewas usai ditembak pada Sabtu (19/9) lalu. Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) menduga Yeremia ditembak aparat TNI.
Hal ini berbeda dengan pernyataan dari TNI yang menyebut Yeremia tewas karena tembakan KKB.
Yeremia merupakan Ketua Klasis (Daerah) Hitadipa Kabupaten Intan Jaya. Mendiang dianggap sebagai penginjil yang setia dan berintegritas serta penerjemah Alkitab ke dalam bahasa Moni.
(psp/mjo/pris)