Presiden Joko Widodo meminta agar belanja anggaran di sektor pertahanan bisa dilakukan lebih sistematis dan memiliki perencanaan jangka panjang agar menjadi investasi di masa depan.
"Untuk menguasai lompatan teknologi terkini kita harus bersungguh-sungguh dari kebijakan kita dari belanja pertahanan menjadi investasi pertahanan," kata dia, dalam pelaksanaan HUT ke-75 TNI yang disiarkan secara virtual melalui Youtube Sekretariat Presiden, Senin (5/10).
Jokowi menerangkan investasi pertahanan dari segi perencanaan jauh lebih memperhitungkan jangka panjang. Eksekusinya juga harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara ini diyakini Jokowi dapat membuat pertahanan di Indonesia jauh lebih baik lagi menghadapi segala bentuk ancaman dari luar.
"kebijakan investasi pertahanan itu berpikir jangka panjang yang dirancang sistematis dan dijalankan konsisten berkelanjutan," terang Jokowi.
"Hanya melalui investasi pertahanan jangka panjang yang terencana TNI akan mampu menjadi kekuatan perang modern yang mengikuti perkembangan termaju," lanjut dia.
Investasi pertahanan, kata Jokowi, menjadi perlu menyusul keinginannya melihat TNI lebih cakap dalam bidang teknologi dan informasi. Hal ini diperkuat karena bentuk perang yang disebut Jokowi beragam.
"Pertempuran hibrida yang menggabungkan taktik konvensional dan non-konvensional dan taktik lintas dimensi sosial, politik dan ekonomi," terang Jokowi.
Karenanya, Jokowi juga berpesan agar TNI bisa mengikuti teknologi yang terus berkembang. Beberapa di antaranya ialah teknologi informasi, teknologi nano dan teknologi kecerdasan buatan.
"Saat ini kita sedang mengalami lompatan teknologi militer yang akan mempengaruhi taktik dan strategi perang masa depan. Kita harus terus lakukan transformasi teknologi dan personel yang mampu memahami dan memanfaat lompatan bidang teknologi informasi, teknologi nano dan teknologi kecerdasan buatan," terang Jokowi.
"Ini mempunyai daya hancur lebih besar high level distraction. Pertempuran yang berjalan leburofighter Typhoonih singkat dalam menentukan pemenang," tutup Jokowi
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan dikritik terkait belanja anggarannya yang tak sistematis dan berorientasi jangka panjang. Misalnya, rencana pembelian jet tempur bekas Eurofighter Typhoon dari Austria.
(ctr/arh)