Demonstrasi menolak Omnibus Law Cipta Kerja (Ciptaker) di Lapangan Korpri Komplek Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung di Bandar Lampung, Rabu (8/10), ricuh.
Aksi semula damai namun berujung ricuh saat massa yang mengaku dari pelajar datang melempari petugas.
Massa yang datang awalnya dari mahasiswa, buruh dan petani ini yang datang ke Lapangan Korpri sejak pagi. Lapangan tersebut langsung dipenuhi massa pedemo. Massa tetap mengenakan masker saat demo meski jarak fisik tak lagi bisa dijaga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak cuma berorasi, massa kemudian memaksa masuk ke Gedung DPRD Lampung untuk bertemu anggota dewan. Mereka mendesak agar gerbang yang ditutup dan dijaga petugas untuk dibuka.
"Buka, buka, buka pintunya. Buka pintunya sekarang juga!!!," demikian nyanyian massa aksi.
Polisi tampak berjaga-jaga dengan membentangkan kawat berduri dan menyiagakan mobil meriam air.
Tak diperkenankan masuk, massa memaksa dengan mendorong pagar. Bahkan ada pedemo yang mencoba melompati pagar.
Saat itulah datang massa tambahan yang diduga pelajar. Kedatangan massa tambahan, aksi kemudian ricuh. Batu dan botol air mineral serta beberapa benda padat lain dilemparkan massa yang baru datang ini. Petugas jadi sasaran pelemparan.
Kapolresta Bandar Lampung, Komisaris Besar Yan Budi Jaya turut turun tangan menenangkan masa.
Seorang mahasiswa juga mencoba menenangkan para pelajar. Ia berusaha mencegah agar tidak terjadi adanya tindakan anarkis dalam aksi unjuk rasa menolak Omnibus law.
![]() |
"Kalau sampai ada kawan-kawan kita atau petugas yang menjadi korban, terluka akibat terkena lemparan batu itu anarkis namanya. Jadi mohon tenang dan rapatkan barisan untuk kawan-kawan semua dan sama-sama kita menentang dengan aksi damai yang baik dan benar," teriak dari salah seorang mahasiswa.
Petugas yang sudah menyiapkan kendaraan taktis Water Cannon, langsung menyemprotkan air ke arah massa untuk memecah massa aksi yang sudah mulai memanas tersebut. Namun sejumlah pelajar yang ikut dalam aksi tersebut, malah berjoget sambil menghindari tembakan air.
"Kami (pelajar) juga, ingin ikut menyampaikan aspirasi," kata salah seorang dari pelajar.
Salah seorang anggota Satuan Polisi Pamong Praja terluka di bagian kepala terkena lemparan.
Sejumlah mahasiswa saat ditemui dilokasi aksi dan coba ditanya mengaku, bahwa sekumpulan pelajar tersebut bukanlah bagian dari mereka yang melakukan aksi menolak Omnibus Law.
"Mahasiswa sepenuhnya berada di badan jalan di depan pintu masuk gedung kantor DPRD lampung. Sementara para pelajar tersebut, melakukan kerusuhan di lingkungan lapangan Korpri di sisi lainnya," kata salah seorang mahasiswa peserta aksi.
Hingga saat ini aksi masih terus berjalan. Massa terus berdatangan untuk menyuarakan penolakan pada Undang-undang Ciptaker yang disahkan DPR, Senin (5/10) lalu.
(zai/sur)